Selasa, 04 November 2008

Dewasa merupakan pilihan

Apa arti dewasa? Mungkin jawabannya akan berbeda. Apa arti tua? Mungkin semuanya kan bias menjawab dengan jawaban yang sama yaitu fase kehidupan setelah remaja. Yang menarik di sini adalah makna dewasa. Jika kita pandang arti dewasa dari sudut pandang biologis, mungkin jawabannya sepakat bahwa dewasa merupakan fase jika seseorang telah mengalami akil balig. Tapi makna dewasa berdasarkan kematangan pemikiran tidaklah seperti itu. Dewasa di sini adalah ketika kita bisa menerima kondisi yang terburuk yang kita alami dan bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut, berani menghadapi keadaan yang harus dia hadapi serta bisa tahu apa yang akan dilakukan ke depan dan mengerti alasan kebaradaannya.

Pada saat SMA, saya mulai mengalami fase-fase belajar untuk menjadi dewasa. Saya terpilih menjadi ketua di salah satu organisasi ekstrakulikuler sekolah. Saya menerimanya dengan pertimbangan maka saya akan terkenal di sekolah karena memimpin salah satu organisasi ekstrakulikuler yang terkenal di sekolah. Al hasilnya, motivasi tersebut menjebak saya dalam suatu kondisi saya harus mengikuti seleksi untuk kenaikan pangkat dan seleksi ini saya harus mengikutinya sebagai ketua ekstrakulikuler ini. Karena dalam kondisi tertekan baik dari akademik maupun dari senior maka saya berencana untuk mengundurkan diri menjadi ketua. Sebelum saya bicara di depan dewan pengurus, saya menceritakan kasus ini ke kakak saya yang juga merupakan alumni dari ekstrakulikuler ini. Saat itu kakak saya melarang tindakan yang saya lakukan. Saya sudah menjelaskan alasannya bahwa saya juga mendapat tekanan dari akademik. Dan akhirnya kakak saya mengatakan “Semakin bertambah umur semakin banyak masalah yang kita hadapi, hadapi masalah itu karena bisa membuat kita dewas”. Saya terdiam ketika mendengar itu. Akhirnya saya berusaha menghadapi seleksi kenaikan pangkat tersebut.

Dari kejadian tersebut akhirnya saya berpikir betapa besar tanggung jawab yang saya hadapi ketika saya harus memutuskan untuk menerima jabatan ketua. Motivasi awal ketika menjadi ketua merupakan mimpi yang semu yang tidak bisa menjadi tujuan.

Pada saat beraktifitas di kampus ITB, saya menemukan masalah yang lebih kompleks. Amanah-amanah yang berdatangan yang harus dipegang membuat saya berpikir saya harus kabur dari amanah ini. Tapi ada seorang senior saya menyampaikan terimalah amanah itu dulu, jika kamu merasa tidak mampu lagi cobalah untuk komunikasikan ke mas’ul (pemimpin). Dari pernyataan tersebut, saya ambil benang merahnya bahwa sesuatu kita tetap juga harus bertanggung jawab dengan semua kemampuan kita. Dari kejadian ini saya teringat kembali lagi nasihat kakak saya, dan saya berusaha untuk menghadapi semua amanah ini.

Salah satu hal yang cukup berani yang saya lakukan adalah ketika saya berusaha meyakinkan diri saya untuk membangun mimpi. Saya takut ketika saya membangun mimpi tapi ternyata saya gagal. Ketakutan ini membuat saya berpikir tidak mau membangun mimpi. Tapi sekali lagi saya harus melawan ketakutan ini. Dibenak saya timbul suatu perkataan, saya tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan, yang bisa saya lakukan adalah hanya berusaha dan berusaha. Perkataan ini timbul ketika sedang membahas mengenai takdir dengan teman-teman.

Akhirnya saya memberanikan diri membangun tiga mimpi saya. Dari tiga mimpi ini saya berusaha membuat strategi jangka menengah. Ketika membuat strategi jangka menengah pernah timbul rasa pesimis. Rasa pesimis ini timbul karena saya mendengar komentar-komentar kondisi terburuk yang terjadi pada diri saya dalam mencampai mimpi. Akhirnya saya berjuang kembali untuk berjuang untuk menghadapi masalah rasa pesimis ini. Dan akhirnya ternyata saya mendapat peluang untuk menjalankan strategi jangka menengah saya yaitu kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri (Korea Selatan).

Saya pikir maslah tidak akan dating lagi. Ternyata prediksi saya salah. Ketika detik-detik keputusan dari saya untuk mengatakan menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke Korea Selatan, saya tidak mendapat restu dari kakak saya. Hal ini dikarenakan beberapa bulan lagi kakak saya akan menjalankan pernikahan dan ketika jadwal yang ditentukan saya harus sudah berada di Korea Selatan. Kondisi membuat saya frustasi apa lagi saya mendapat surat dari kakak saya menunjukkan rasa kekecewaannya kepada saya. Akhirnya saya berusaha untuk berpikir tenang untuk menghadapi masalah ini. Setelah dianalisa, akhirnya saya menemukan kesalahan saya yaitu kurang komunikasi dengan kakak. Akhirnya saya berusaha menyelesaikan masalah ini dengan cara memperbaiki komunikasi saya. Permasalahan ini akhirnya terselesaikan, kakak saya akhirnya memberikan restu kepada saya untuk melanjutkan kuliah dan juga saya mendapat izin dari supervisor akademik saya di Korea Selatan untuk menghadiri pernikahan kakak saya.

Dari sebagian kejadian hidup yang saya alami, saya berpikir bahwa untuk menjadi dewasa merupakan suatu pilihan bukan suatu keharusan. Jika kita berusaha lari dari masalah yang kita hadapi maka mungkin kita tidak akan menjadi dewasa.

Saat ini saya masih belum mengatakan diri saya dewasa. Saya belum punya rencana strategis secara terperinci. Alasan ini yang bisa menimbulkan perubahan arah dalam pencampaian mimpi. Ini sangat merugikan sekali, karena saya sudah mengalami sebagian perjalanan menuju mimpi saya. Tapi saya yakin dalam kehidupan ini saya akan banyak belajar dari kehidupan saya, baik berupa permasalahan, kesedihan, kesenangan, kekecewaan dll.

Saya berusaha untuk mengingat perkataan “Semakin bertambah umur semakin banyak masalah yang kita hadapi, hadapi masalah itu karena bisa membuat kita dewas”, karena perkataan ini mengingat saya untuk berjuang dalam kondisi apa pun.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

sepakat!! dewasa tu emang pilihan kok.. hidup juga pilihan kan??? setiap kita buka satu pintu, bakal ketemu pintu-pintu yang lain.. dan memilih lagi kan??? begitulah...

Yudistira mengatakan...

@patmi
setuju.....

No Limit

No Limit