Senin, 21 Desember 2009

Ilmuwan, Pengetahuan dan Islam

Hadi Teguh Yudistira (anggota divisi Riset Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Mahasiswa)

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.(1) Teknologi sudah diperkenalkan sejak zaman pra sejarah. Pada zaman tersebut, manusia pra sejarah sudah menggunakan teknologi. Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi terbagi atas dua zaman yaitu zaman batu dan zaman logam.(2) Pada zaman batu, manusia prasejarah sudah mengenal teknologi yang terbukti dengan ditemukan peninggalan prasejarah berupa kampak dari batu. Kampak ini merupakan hasil teknologi manusia pra sejarah yang digunakan untuk keberlangsungan hidup mereka.

Teknologi merupakan perpaduan antara pengetahuan dan seni (science and art). Hal ini yang telah dilakukan oleh manusia pra sejarah. Mereka membutuhkan suatu alat yang digunakan untuk memburu hewan dan juga mengambil tumbuh-tumbuhan. Dengan adanya kebutuhan tersebut, manusia pra sejarah berusaha membuat suatu alat yang memiliki bentuk yang cocok dengan anatomi tangan manusia (seni) dan yang cukup tajam untuk memotong (pengetahuan). Tetapi saat ini, teknologi bukan hanya perpaduan pengetahuan dan seni tetapi perpaduan pengetahuan, seni dan nilai ekonomi (science, art and economic). Jika suatu teknologi tidak memiliki nilai ekonomi yang bersaing di pasar maka teknologi tersebut akan punah. Perubahan perpaduan makna teknologi ini dikarenakan kebutuhan manusia. Teknologi, kebutuhan dan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi.

Sejak Nabi Adam A.S. diturunkan oleh Allah SWT ke bumi, Allah telah menurunkan nikmat pengetahuan. Allah telah mengajar nabi Adam A.S. tentang benda-benda yang ada di muka bumi. Selanjutnya pengetahuan yang diperoleh oleh nabi Adam A.S. selanjutnya berkembang sampai saat ini.

Teknologi terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Perkembangan teknologi disesuaikan dengan kebutuhan manusia pada zaman tersebut. Teknologi mulai memiliki nilai fungsi yang signifikan dalam membantu manusia ketika James Watt menemukan mesin uap pada abad ke 18 yang selanjutnya terkenal dengan revolusi industri. Revolusi industri ini mengubah sistem budaya kehidupan manusia terutama bidang industri. Selanjutnya budaya kehidupan manusia juga berubah ketika ditemukan komputer. Revolusi selanjutnya terjadi di bidang Information Technology (IT). Saat ini teknologi juga mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Beberapa ilmuwan sudah memperhatikan dengan isu global warming. Di bidang elektronik, beberapa ilmuwan sudah mulai melakukan riset mengenai organic printed electronic yaitu memanfaatkan organik material untuk menghindari global warming. (3)

Pengetahuan memiliki peran dalam transformasi teknologi. Teknologi dapat mempengaruhi budaya yang berkembang di kehidupan masyarakat dan begitu juga sebaliknya budaya yang berkembang di tengah masyarakat akan menentukan teknologi tersebut dapat diterima atau tidak. Secara langsung maupun tidak langsung pengetahuan sangat mempengaruhi terhadap budaya masyarakat. Oleh karena itu konsep Islam diperlukan dalam perkembangan pengetahuan maupun teknologi.

Islamisasi pengetahuan merupakan istilah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini bukan berarti bahwa semua pengetahuan saat ini tidak Islam. Kebingungan dengan istilah Islamisasi merupakan suatu hal kewajaran. Hal ini dikarenakan dari cara berfikir yang tidak membedakan antara ilmu pengetahuan dan fenomena alam. Allah SWT menurunkan fenomena-fonemena alam namun tidak menurunkan formulasinya. Ilmu pengetahuan adalah aproksimasi fenomenafenomena alam tersebut, sehingga keduanya tidak selalu sama persis.(4) Proses Islamisasi iptek adalah proses pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada prinsip yang hakiki, yakni tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Melalui prinsip pertama (tauhid), ilmu pengetahuan tidak hanya digunakan pada praktis, tetapi juga digunakan untuk memahami eksistensi yang hakiki alam dan manusia. Prinsip kedua (kesatuan makna kebenaran) akan membebaskan ilmu pengetahuan dari sekularisme. Dalam prinsip ini tidak ada istilah kebenaran ilmiah dan kebenaran relijius. Dikarenakan pengetahuan telah membenarkan isi dari Al-Qur’an. Hal ini berbeda dengan kasus kebenaran yang dikeluarkan oleh pihak gereja pada masa lalu (sekitar abad 17). Kebenaran yang dikeluarkan gereja ternyata salah berdasarkan penemuan yang dilakukan oleh Galileo. Prinsip ketiga menjadikan alam dan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dari prinsip ketiga ini dapat disimpulkan bahwa ayat kauniyah maupun ayat qouliyah merupakan sumber ilmu pengetahuan. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab ilmu pengetahuan. Walaupun beberapa ayat Al-Qur’an berisikan tentang pengetahuan, tapi Al-Qur’an harus tetap dalam posisi petunjuk hidup umat manusia.(4,5)

Secara sunatullah, para ilmuwan di bumi ini melakukan penelitian seusai dengan arahan dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa bumi akan hancur dikarenakan oleh perbuatan manusia, dan saat ini banyak para ilmuwan telah memperhatikan isu ramah lingkungan dalam menghasilkan teknologi. Di salah satu international conference tahun 2009, seorang peneliti sudah memberikan alasan kebijakan kelompok risetnya untuk melakukan riset yang ramah lingkungan untuk menghindari pemanasan global.(3) Dalam bidang Teknik Kondisi Lingkungan (TKL), beberapa peneliti sudah mulai melakukan penelitian untuk menemukan refrigerant yang ramah lingkungan (non-CFC). Saat ini, teknologi bukan hanya perpaduan anatar pengetahuan, seni dan nilai ekonomi saja tetapi sudah memasukan ramah lingkungan sebagai factor tambahan. Sudah saatnya ilmuwan muslim memiliki etika dalam melakukan penelitian yang sesuai dalam Al-Qur’an.

Saat ini tugas ilmuwan (ilmuwan muslim pada khusunya) masih banyak. Ayat-ayat Allah di muka bumi ini masih banyak yang belum terungkap. Tugas para ilmuwan untuk mengungkapkan ayat-ayat Allah tersebut dalam suatu pendekatan model persamaan yang selanjutnya menjadi pengetahuan. Dengan penemuan baru yang ditemukan oleh para ilmuwan diharapkan akan melakukan transformasi pengetahuan ke arah yang benar.

Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan tidak hanya berkaitan menemukan pengetahuan baru tetapi juga bisa untuk menggunakan pengetahuan yang ada. Dari pengetahuan yang ada, ilmuwan bisa menciptakan suatu teknologi yang tepat guna. Maksud dari teknologi tepat guna ini adalah teknologi yang mempunyai fungsi untuk membantu kehidupan umat manusia dan tidak memberikan efek negatif terhadap umat manusia.

Sebagai kesimpulan, pengetahuan merupakan komponen utama untuk menciptakan suatu teknologi. Pengetahuan dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia sejak dari nabi Adam A.S. Semua pengetahuan yang ada merupakan hasil pendekatan terhadap fenomena-fenomena alam. Tugas ilmuwan untuk menemukan ayat-ayat Allah menjadi suatu pengetahuan. Para ilmuwan bisa menggunakan pengetahuan yang ada untuk menciptakan suatu teknologi tepat guna.

Refernce:

(1) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

(2) Dra. Dwi Hartini,"Masyarakat Prasejarah Indonesia", Modul Sejarah Nasional dan umum, ebooks.lib.unair.ac.id

(3) International Conference Flexible Printed Electronic 2009, Jeju Island, Korea.

(4) Rohadi Awaludin, "Konsep Islamisasi Iptek", Tarbiyyah Digital Journal Al-Manar edisi I/2004

(5) Chairil Anwar, "Islamisasi Ilmu, Al-Qur'an dan Sains", Tarbiyyah Digital Journal Al-Manar edisi I/2004

Senin, 07 Desember 2009

Ini masalah Budaya...

Sudah lama tidak menulis di blog nih dikarenakan beberapa tugas riset yang harus dikerjakan. Pada waktu yang agak tenang dikarenakan pusing membaca paper yang intinya hampir sama dengan paper lain.

Pada kesempatan ini saya ingin membahas suatu hal yang terpenting dalam kehidupan, yaitu mengenai budaya. Beberapa orang yang mengatakan bahwa Indonesia sudah ketinggalan teknologi nih. Mesin-mesin yang digunakan biasanya tidak terlalu maju. Lihat dikehidupan luar negeri, orang bisa menggunakan kartu untuk bisa akses transportasi, akses untuk masuk ruangan dll. Mungkin ada yang bertanya kapan nih Indonesia bisa menggunakan teknologi maju.

Jawaban saya sih simple atas pertanyaan tersebut. Saat ini juga kita bisa merasakan semua teknologi yang tinggi. Tapi ini bukan masalah menggunakan teknologi tetapi masalah apakah budaya daerah tersebut menerima teknologi tersebut? Sejujurnya, ketika pertama kali saya tiba di Seoul (Korea Selatan), perhatian saya terfokus ke sebuah mesin yang ada tombolnya dan bagian tempat memasuki uang kertas atau koin. Lalu saya memperhatikan dengan saksama seseorang menggunakan mesin tersebut dan dia dengan mudah mendapatkan minuman yang dia inginkan. Saya bingung melihat mesin itu. Yang saya bingungkan bukan cara kerja mesin itu tapi yang saya bingungkan adalah kok mesin itu ga rusak ya. Saya tidak menyalahkan diri saya jika hal pertama yang saya pikirkan adalah pertanyaan itu. Kenapa? Dikarenakan jika mesin itu digunakan di tempat umum di Indonesia maka mesin itu dalam hitungan hari sudah rusak. Kalau mengenai pembuatan mesin itu, saya pribadi tidak meragukan SDM Indonesia untuk membuat mesin itu.

Ini bukan masalah teknologi apa bisa berkembang di Indonesia atau masalah apakah kita bisa menghasilkan teknologi, tapi ini masalah budaya. Jika budaya di kehidupan sudah beradaptasi dengan menggunakan teknologi maka dengan mudah teknologi tersebut berkembang. Contoh kasus sederhana saja, jembatan suramadu (menghubungi pulau Jawa dengan Madura). Beberapa hari jembatan tersebut diresmikan, beberapa komponen jembatan tersebut sudah berhilangan. Hal ini kelihatan bahwa cara berpikir orang yang mengambil tersebut sangat sederhana, yang penting dia ambil komponen itu lalu dia jual dan dia bisa makan padahal jika dia berpikir lebih jauh jika dia ambil komponen itu maka jembatan tersebut akan rusak dan perkonomian madura bisa menghadapi masalah dan juga membuat APBD baru untuk memperbaiki jembatan tersebut yang diambil dari rakyat sehingga program untuk kesejahteraan rakyat tertunda untuk memperbaiki jembatan tersebut. Apakah kita salahkan cara berpikir pendek tersebut? Tidak, cara berpikir tersebut wajar saja muncul. Dikarenakan permasalahan yang kompleks dihadapi Indonesia dan juga banyak orang yang kehilangan pikiran bijak. Intinya ga salah jika saat ini pemikiran hidup untuk makan.

Hal yang lain adalah mengenai budaya konsumtif. Apakah ada orang Indonesia menggunakan handphone yang mempunyai bench mark dari Indonesia? Wajar kalau jawabannya tidak. Coba perhatikan, ada berapa perusahaan industri yang memiliki R&D department di perusahaannya yang berada di Indonesia? Wajar jawabannya sedikit mungkin aja jawabannya tidak ada. Kebanyakan perusahaan industri mendirikan perusahaan di Indonesia hanya sebagai cabang untuk assembly aja. Loh kok bisa? Soalnya beberapa perusahaan multi nasional sudah melihat peluang yang besar jika membuat kantor cabang di Indonesia hanya sebagai kantor assembly saja. Dan kebanyakan R&D mereka untuk wilayah Asia Tenggara dilokasikan di Singapur, negara yang kecil malah lebih besar kota Medan. Bisa jadi perusahaan tersebut melakukan keputusan tersebut berdasarkan analisa budaya daerah tersebut.

Ketika saya melihat acara kick andy yang bertopik tentang ilmuwan Indonesia di luar negeri, saya melihat banyak ilmuwan kita yang berkarya di luar negeri. Ada yang mengatakan mereka lebih dihargai berada di luar negeri di bandingkan berada di dalam negeri. Wajar saja pikiran itu muncul, hal ini dikarenakan budaya dan juga kebijakan pemerintah belum mendukung. Lalu kapan dong teknologi kita bisa berkembang? Mulai dari sekarang kondisi ini bisa berubah, dengan syarat kita melakukan perubahan mulai saat ini, mulai dari sendiri dan mulai hal yang kecil.

Peradaban itu merupakan investasi dari budaya. Jika budaya tersebut baik maka peradaban yang dihasilkan juga baik. Dan menurut saya agama merupakan salah satu faktor yang bisa memberikan perubahan ke arah yang baik terhadap budaya. Berdasarkan salah satu artinya secara textual, Islam merupakan selamat. Jika kita berpegang teguh dengan ajaran Islam maka kita juga bisa menghasilkan budaya yang baik. Dan saya yakin suatu saat peradaban Islam akan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang bisa berkarya (kapan ya Ibnu Sina, Al Biruni, Abbas ibn Famas,dsb baru terlahirkan?).

Ada suatu ungkapan yang saya pegang, ini bukan masalah uang tapi ini masalah karya. Jika kita bisa menghasilkan karya (meraih mimpi) maka uang dengan sendiri akan mengalir. Dan nasehat ayah kepada saya: jika kamu mempunyai keahlian, dimana pun kamu berada akan dicari-cari orang yang membutuhkan dirimu.

Minggu, 04 Oktober 2009

Bersedekah merupakan penguji nilai ketauhidan

Mungkin hampir setiap warga Indonesia telah mengenal nama seorang da'i di Indonesia yaitu ustad Yusuf Mansyur. Beliau merupakan da'i yang sering disebut sebagai da'i yang memiliki spesialisasi tentang sedekah. Hampir materi pengajian dan materi karya bukunya merupakan materi yang berceritakan tentang kekuatan bersedekah. Jika mendengarkan ceramah beliau, secara otomatis terdorong untuk mengeluarkan sebagian harta untuk disedekahkan. Apakah bersedekah karena disuruh ustad Yusuf Mansyur atau karena panggilan hati atau karena menunjukkan kepada yang lain, tidak ada yang tahu, karena hanya Allah dan yang memberi sedekah yang tahu. Semoga terjauhkan dari niat yang salah.

Setiap manusia sudah mengetahui bahwa makna sedekah secara prakteknya adalah memberikan harta yang dimiliki kepada orang-orang yang membutuhkan yang digunakan untuk kebaikan. Dari definisi tersebut, mungkin bisa diketahui bahwa sedekah ini ternyata sulit untuk dipraktekkan. Hampir semua manusia terutama kaum muslimin tahu tentang manfaat sedekah. Sampai anak kecil pun bisa mengerti makna sedekah ini. Lalu, apa yang susah? Secara teori bersedekah itu sangat mudah dan sederhana tetapi di lain hal untuk mempraktekkannya sangat sulit. Ketika manusia tahu dan mengerti tentang teori sedekah yang diberikan oleh ustad Yusuf Mansyur yaitu dengan memberikan sedekah maka Allah akan memberikan kembali 10 kali lipat jadi dalam bersedekah tidak ada istilah sisa uang dari sedekah tapi menjadi berapa banyak hasil sedekah. Dalam hitungan menit, setiap orang bisa mengerti teori ini. Tetapi secara praktek masih ada beberapa ganjalan yang terasa.

Jika diperhatikan, teori sedekah yang disampaikan oleh ustad Yusuf Mansyur sebenarnya sangat berkaitan dengan teori ketauhidan. Ketika bersedekah, apakah kita yakin bahwa kita sedekah karena Allah SWT atau hanya karena mengharapkan yang lain. Mungkin beliau tidak menyalahkan ketika meminta kepada Allah dan itu hal yang wajar kita meminta kepada Allah. Permasalahannya kita meminta kepada Allah sebagai hamba yang benar-benar tergantung kepada Allah dan siap untuk menerima hal yang terbaik yang diberikan Allah atau kita hanya mengharapkan materi yang kita sedekahkan kembali 10 kali lipat. Di sinilah teruji ketauhidan kita, apakah kita menggantungkan hidup kita hanya kepada Allah atau kita menggantungkan diri kita terhadap materi. Bisa jadi orang akan depresi ketika hal yang diinginkannya tidak dikabulkan oleh Allah SWT karena Allah merasa ada hal yang lebih baik bagi dia (lihat Al-Baqarah ayat 216) padahal dia telah mengeluarkan sebagaian besar hartanya. Hal menarik juga yang disampaikan ustad Yusuf Mansyur dengan memberikan contoh bahwa orang yang bersedekah ternyata tidak mendapatkan hal yang dharapkannya tapi Allah menggantikan yang lain yang lebih baik. Nah contoh seperti ini berkaitan dengan firman Allah Al-Baqarah ayat 216 maka secara otomatis kita mempercaya kalimat Allah.

Hal unik yang akan dihadapi oleh manusia ketika akan bersedekah. Sekali lagi semua orang akan dengan mudah mengerti teori tentang sedekah bahwa Allah akan menggantikan sedekah tersebut kepada kita (bahkan berlipat ganda ketika bulan Ramadhan). Tetapi ketika kita akan menuaikan ibadah sedekah ini, kadang hati akan bergejolak mengatakan keraguannya atas teori ini. Nah inilah momen pengujian kepada diri kita, apakah kita percaya bahwa Allah berkata benar? Jika gejolak itu ada maka itu adalah ujian terhadap kebenaran janji Allah. Jika kita runut lagi maka sangat kompleks pembahasan ini.

Jika berbicara sedekah, teringat dengan cerita Umar bin Khatab dan Abu Bakar. Umar bin Khatab dengan tidak ragu menyumbangkan setengah hartanya untuk jalan dakwah. Ternyata Abu Bakar lebih baik lagi, beliau menyumbangkan seluruh hartanya untuk jalan dakwah. Ketika Umar bin Khatab mengetahui jumlah sedekah Abu Bakar, Umar langsung berkata bahwa dia tidak bisa melebihi Abu Bakar. Cerita ini mungkin setiap orang akan berpikir bahwa Abu Bakar adalah orang yang aneh mensedekahkan seluruh hartanya. Lalu bagaimana makan beliau untuk sehari-hari? Ternyata Abu Bakar menggantungkan hidupnya kepada Allah SWT.

Allah akan menguji kaumnya melalui empat hal, yaitu harta, kekuasaan, suam/istri, dan anak. Sedekah merupakan ujian bagi kita mengenai harta. Apabila kita mencintai harta kita maka kita tidak akan bersedia bersedekah banyak. Kasus seperti itu sama kasusnya manusia yang menggantungkan hidupnya kepada harta bukan kepada Allah. Kasus ini bisa menjadi lebih parah ketika harta itu menjadi thogut bagi manusia. Semoga kita dijauhi dari thogut.

Sedekah yang ikhlas merupakan melatih diri kita untuk menghindari dari thogut harta. Latihan ini harus dilakukan secara terus-menerus untuk melatih diri tetap menggantung diri kepada Allah SWT. Semoga hati kita tetap bergantung kepada Allah SWT. Amin

Minggu, 13 September 2009

Bekerja dan Belajar di Bulan Ramadhan di Korea

Berada di luar negeri merupakan suatu hal yang dibanggakan setiap orang. Tidak hanya dibanggakan oleh keluarga tetapi juga tetangga juga bisa ikut bangga. Rasa bangga ini timbul dikarenakan ketika kita berada di luar negeri pandangan umum setiap manusia adalah tingkat kesejahteraannya akan meningkat apabila tujuannya untuk bekerja dan tingkat ilmunya akan meningkat apabila tujuannya untuk belajar.

Banyak Negara maju menjadi pilihan utama beberapa orang untuk bisa ke Negara tersebut. Beberapa orang memiliki pandangan bahwa Negara maju merupakan Negara yang siap memberikan gaji yang besar kepada pekerja asing, memiliki sekolah yang lebih bagus dari Negara sendiri dll. Dikarenakan pandangan seperti itu, beberapa orang berlomba-lomba untuk melanjutkan hidup di luar negeri terutama Negara maju. Korea merupakan Negara berkembang yang telah berubah menjadi Negara maju. Perekonomiannya sudah mulai mampu bersaing dengan negara-negara maju yang lainnya. Korea memiliki banyak industry yang maju dan produk dari Korea mampu bersaing di pasar internasional. Sebagian besar perekonomian Korea disumbang dari sektor industri. Dikarenakan industri Korea sangat maju, maka secara otomatis Korea membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar. Peluang ini dimanfaatkan oleh beberapa orang dari Indonesia untuk bisa bekerja di Korea. Begitu juga di bidang pendidikan, Korea merupakan Negara yang lagi mempercepat perkembangan industry mereka oleh karena itu universitas-universitas di Korea berusaha bisa bersaing hasil penelitian mereka di internasional. Saat ini juga Korea masih memimpin dalam teknologi informasi dan juga masih bisa bersaing dalam dunia elektronik. Dengan alasan ini, beberapa pelajar dari Indonesia juga beusaha belajar di Korea.

Di lain pihak yang menjadi tantangan beberapa orang Indonesia ketika datang ke Korea adalah perbedaan budaya. Perbedaan budaya ini yang bisa menjadi tantangan yang harus dihadapi atau sebagai kesempatan yang perlu diadopsi. Ada beberapa budaya Korea yang mempunyai nilai positif seperti menghormati orang yang lebih tua, tetapi tidak semua budaya di Korea bagus. Saat ini budaya Korea mulai dipengaruhi oleh budaya-budaya negatif. Seperti bermesraan sepasang manusia yang bukan muhrim di tempat umum merupakan hal sangat biasa. Budaya yang seperti tersebut yang menjadi tantangan buat kaum muslim yang berada di sini untuk tidak terpangaruh dengan budaya tersebut.

Pada bulan Ramadhan, kaum muslimin di Korea yang merupakan kaum minoritas memiliki cobaan yang sangat besar. Tantangan itu mulai waktu buka bukan menjadi waktu istirahat, tugas yang sangat banyak, tempat untuk shalat berjamaah yang terbatas dll. Tantangan ini tidak hanya dihadapi oleh pekerja tetapi juga oleh pelajar.

Para pekeja di Korea memiliki tantangan terbesar dalam bulan Ramadhan. Tantangan itu adalah waktu kerja mereka yang memakan durasi yang lama dalam sehari dan juga mendapat pekerjaan yang membutuhkan energy yang besar. Ada beberapa pekerja di Korea merasa tidak mampu menjalankan Ramadhan dengan sempurna dengan beban pekerjaan yang dipegangnya sangat besar. Dan ada juga para pekerja merasa berat ketika waktu berbuka merupakan waktu kerja bukan waktu istirahat. Ada beberapa sajeng (nama bos pabrik red.) mungkin mengizinkan pekerjanya untuk istirahat sebentar untuk berbuka tetapi ada juga yang tidak mengizinkan. Beberapa strategi yang bisa dilakukan paa pekerja dengan cara menyimpan roti dan memakan roti tersebut ketika berbuka. Selain itu, yang menjadi halangan adalah untuk mengerjakan shalat tarawih. Ada beberapa pekerja yang mendapat shift dari siang sampai malam, sehingga ketika sudah selesai kerja mereka akan sangat lelah dan kesulitan untuk mengerjakan ibadah shalat malam. Begitu beratnya halangan atau tantangan yang akan dihadapi ketika Ramadhan, ada sedikit pekerja yang memilih berhenti sementara untuk kerja selama sebulan hanya untuk mengisi Ramadhan dengan ibadah.

Tantangan paling terberat ketika bulan Ramadhan di Korea di kehidupan pekerja adalah lingkungan yang tidak mendukung. Budaya mabuk di Korea merupakan budaya yang biasa. Hampir setiap hari pada malam hari kita dapat melihat orang mabuk. Dengan gaji yang cukup besar, pada saat waktu senggang membuat pekerja tergoda untuk terpengaruh dalam budaya tersebut. Hal yang bisa diantisipasi adalah dengan berusaha mendekatkan diri ke lingkungan yang benar. Di Korea banyak terdapat mushola-mushola yang dikelola oleh pekerja Indonesia. Dan mushola tersebut memiliki kegiatan yang banyak untuk meningkatkan keimanan. Musholal ah mempunyai peranan penting untuk mewarnai Ramadhan untuk mencegah budaya mabuk ini.
Dalam dunia pelajar yang belajar di Korea, tantangan yang dihadapi selema bulan Ramadhan tidak terlalu sama dengan para pekerja. Tantangan yang dihadapi adalah waktu kerja yang ditentukan oleh lab ada yang mencampai 12 jam setiap hari dan lebih berat lagi ada beberapa pelajar yang tidak pulang 24 jam di lab terus untuk mengerjakan tugas penelitian. Pada saat di lab, pelajar tidak hanya berpikir dan kadang melakukan eksperimen. Ada beberapa pelajar yang eksperimennya memakan waktu yang cukup lama dan harus menginap di lab. Dengan pekerjaan penelitian yang seperti ini, tidak banyak pelajar kesulitan juga dalam mengerjakan ibadah malam. Tetapi ada beberapa pelajar juga berusaha mengatur jadwal eksperimennya sehingga tidak sampai eksperimen sampai larut malam.

Tantangan yang lain dihadapi pelajar adalah ketika ada pesta yang dilaksanakan lab. Pada saat pesta, pembimbing penelitian selalu menawarkan kepada mahasiswanya minuman beralkohol. Di sini lah para pelajar harus bisa berani untuk menolak minuman beralkohol tersebut. Mau tidak mau, pelajar juga harus bisa “mengisi ulang” keimanannya dengan pengajian-pengajian yang dilakukan oleh internal pelajar. Jaak yang jauh tidak menjadi masalah bagi pelajar. Ta’lim online dengan menggunakan media conference tertentu cukup sering dilakukan oleh pelajar di sini. Selain itu ada sebagian pelajar juga ikut serta dalam kegiatan amal jama’i via online dengan pelajar dari Negara lain. Tadarusan online merupakan program amal jama’i yang dilakukan oleh pelajar. Secara umum, program ibadah yang dilakukan pelajar hampir semuanya berhubungan dengan internet. Hal ini dikarenakan pelajar relatif mudah akses internet dengan kecepatan yang tinggi. Dengan memanfaatkan Korea sebagai Negara yang memiliki kualitas internet yang terbaik di dunia, pelajar di sini dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan optimal.

Secara umum tantangan yang dihadapi adalah waktu kerja yang relatif lama yang mengakibatkan energy untuk ibadah juga terkuras dan juga budaya yang tidak sesuai dengan Islam. Tapi kedua tantangan tersebut dapat disiasati oleh pelajar dan pekerja di sini dengan beberapa strategi. Pekerjaan selesai Ramadhan juga dapat dijalankan dengan optimal.

Kamis, 20 Agustus 2009

Efek yang Terjadi di Bulan Ramadhan dari Berbagai Aspek

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini kita mengerjakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Pada bulan Ramadhan ini berbagai kejadian maupun keuntungan yang terjadi dari berbagai aspek. Kejadian yang terjadi merupakan tantangan yang dihadapi.

Puasa secara bahasa berarti menahan diri. Arti puasa secara istilah adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Makna menahan diri di sini tidak hanya menahan diri dari rasa lapar atau rasa haus belaka, tetapi menahan diri baik dalam mengendalikan nafsu maupun pikiran.

Puasa merupakan suatu kegiatan yang memberikan efek dari berbagai aspek terutama pada saat bulan Ramadhan. Aspek yang utama memberikan efek positif adalah aspek kesehatan.

Jika kita melihat puasa dari aspek kesehatan fisik maka kita dapat menduga ini berasal dari tidak makan setengah hari. Hal menarik ketika hidup di Negara yang tidak dominan beragama Islam, beberapa orang akan menanyakan kepada kita apakah kamu tidak mati kelaparan? Mereka akan berpikir puasa merupakan kegiatan menyiksa diri sendiri apalagi jika mereka tahu ga makan dan minum dari pagi sampai sore menjelang malam. Jika kita melihat berdasarkan aspek kesehatan bahwa puasa merupakan kegiatan yang baik. Dimana pada saat kita puasa alat pencernaan kita akan mengalami istirahat.

Orang yang berpuasa tidak makan dan minum sekitar 8-10 jam (kasus yang berbeda dihadapi kaum muslimin yang tinggal daerah subtropics yang bisa memakan waktu puasa sekitar 12 jam pada musim panas). dan itu tidak membahayakan kesehatan dan tidak menyebabkan dehidrasi yang buruk bagi tubuh manusia. Sebaliknya, dehidrasi ringan dan penyimpanan air dalam tubuh bisa meningkatkan kesempatan hidup. Dampak positif lainnya bagi tubuh, puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kegemukan dan darah tinggi. (sumber http://www.litbang.depkes.go.id )

Tetapi jika secara medis tidak memungkinkan berpuasa, maka sebaiknya kita tidak berpuasa. Apabila tidak bisa berpuasa pada bulan Ramadhan dikarenakan alas an tertentu, kita masih bisa menggantikan puasa tersebut pada hari yang lain, apabila masih tetap tidak bisa puasa lagi bisa diganti dengan bayar fidyah. Sesungguhnya Allah tidak memberatkan hambaNya.

Puasa juga memberikan efek terhadap kesehatan psikis kita. Berdasarkan pengertian puasa yaitu menahan diri, kita juga diwajibkan untuk menahan diri dari nafsu. Ramadhan merupakan waktu yang optimal menjalankan puasa selama sebulan penuh. Selama sebulan penuh jika kita menjalankan puasa secara yang benar yaitu menjalankan puasa berdasarkan definisi utuh maka kita akan mendapatkan kesehatan secara psikis. Dimana pada saat puasa kita mengendalikan nafsu baik nafsu amarah, nafsu syahwat, nafsu makan, nafsu untuk mendapatkan sesuatu dll. Mengendalikan di sini bukan berarti meninggalkan atau tidak melakukan tetapi melakukan sesuatu berdasarkan hak dan ukurannya. Dengan melatih diri kita dalam mengendalikan diri selama sebulan penuh maka jiwa orang berpuasa akan memiliki jiwa yang arif, dia akan melakukan sesuatu berdasrakan kadar kebaikan buat dirinya dan bagi orang sekitar. Umat Islam senantiasa mengingat nasehat Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, “Jika sesesorang menghujatmu atau menyulut emosimu, katakanlah bahwa saya sedang berpuasa.”

Dari aspek kepekaan social, puasa memberikan rasa empati bagi rakyat yang tidak sejahtera. Makna puasa ini bisa membuat orang yang kaya merasakan penderitaan orang miskin. Hal ini dapat dirasakan bahwa pada menjalankan puasa setiap manusia akan merasakan kondisi yang sama pada siang hari yaitu kondisi menahan lapar. Bisa kita perhatikan pada saat menjalankan puasa dapat mengurangi kesenjangan social antar si kaya dan si miskin.

Dari aspek rasa kekeluargaan terasa juga efek yang diberikan pada bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan ibadah yang menjadi langganan umat muslim adalah ibadah shalat Tarawih berjama’ah. Pada saat menjalankan ibadah shalat berjama’ah biasanya penduduk di suatu daerah akan beramai-ramai dating ke mesjid untuk menuaikan ibadah shalat Tarawih berjama’ah. Nah, dengan berkumpulnya warga di mesjid maka bisa dimanfaatkan sebagai ajang silaturahim. Oleh karena itu rasa kekeluargaan bisa ditingkatkan dengan memanfaatkan momen silaturahim di mesjid. Selain itu rasa saling berbagi iftar bersama di mesjid juga terasa. Hal ini dapat terlihat dengan membuat jadwal pemberian iftar bersama di mesjid yang dilakukan oleh DKM mesjid. Hal yang terpenting adalah bagaiman memanfaatkan momen silaturahim di mesjid ini sebagai momen untuk mempererat rasa kedekatan.

Yang cukup menarik fenomena yang sering muncul di bulan Ramadhan pada aspek ekonomi. Fenomena tersebut adalah lonjakan harga-harga pada saat bulan Ramadhan. Berdasarkan teori ekonomi , harga akan naik apabila permintaan naik tetapi penwaran dalam jumlah sedikit. Dan pada teori ini diharapkan harga muncul pada kondisi equilibrium (bisa dilihat pada Gambar 1.).


Gambar 1. Kurva Permintaan dan Penawaran

Pada aspek ekonomi inilah menjadi tantangan bagi para peneliti di bidang ekonomi untuk menciptakan teori baru. Teori seperti ini bisa membuat pedagang berlaku curang dengan cara menimbum barang-barang sampai bulan Ramadhan barang tersebut akan dijual. Dalam kondisi ini pedagang melihat suatu peluang mendapat keuntungan jika barang-barangnya dijual pada saat bualn Ramadhan (terutama sembako) karena pedagang sudah memprediksi bahwa permintaan pada bulan Ramadhan akan meningkat. Untuk mengantisipasi kondisi ini, peran pemerintah juga diharapkan menjadi pihak yang bisa mengendalikan teori ekonomi ini.

Pada aspek teknologi yang menjadi tantangan para ilmuwan adalah bagaimana caranya menentukan awal Ramadhan dan tanggal 1 Syawal. Ini merupakan isu setiap tahun dalam penentuan jadwal Ramadhan. Dalam buku “Rukyah dengan teknologi: Upaya Mencari Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal”, Dr. Ir. S. Farid Ruskanda, M.Sc mengungkapkan ada berbagai alternatif teknologi untuk pengamatan (rukyah) bulan sabit (hilal) yang menandai awal dari bulan pada tahun qamariah secara objektif. Pengamatan objektif dilakukan melalui instrument observasi dan dapat direkam serta dipancar-luaskan. Alternatif pertama adalah perangkat teleskop kamera video untuk cahaya tampak; kedua, perangkat untuk inframerah untuk penyinaran bulan dengan laser secara aktif; dan keempat dengan menggunakan perangkat radar.

Selanjutnya Dr. Ir. S. Farid Ruskanda, M.Sc menjelaskan bahwa ketiga alternatif pertama, yang menggunakan teknologi optoelektronik, praktis tak dapat mengatasi kendala cuaca (awan dan sebagainya) sedangkan pilihan keempat, menggunakan gelombang mikro, berpotensi untuk mengatasi masalah cuaca tersebut.

Selanjutnya aspek transportasi, akhir ramadhan merupakan puncak arus penggunaan transportasi untuk mudik. Transportasi yang padat hampir semua transportasi yaitu transportasi melalui darat, laut dan juga udara. Yang menjadi isu di aspek ini adalah bagaiman cara untuk mengatur semua sarana transportasi bisa mengurangi tingkat kecelakaan.

Dari uraian di atas, bulan Ramaadhan memberikan efek yang dahsyat bagi diri kita terutama dalam aspek kesehatan, social dan kekeluargaan. Semoga Ramadhan yang kita hadapi merupakan Ramadhan yang lebih baik dari sebelumnya.


Hadi Teguh Yudistira

Anggota Bidang Riset & Kompetisi MITI-Mahasiswa

No Limit

No Limit