Minggu, 13 September 2009

Bekerja dan Belajar di Bulan Ramadhan di Korea

Berada di luar negeri merupakan suatu hal yang dibanggakan setiap orang. Tidak hanya dibanggakan oleh keluarga tetapi juga tetangga juga bisa ikut bangga. Rasa bangga ini timbul dikarenakan ketika kita berada di luar negeri pandangan umum setiap manusia adalah tingkat kesejahteraannya akan meningkat apabila tujuannya untuk bekerja dan tingkat ilmunya akan meningkat apabila tujuannya untuk belajar.

Banyak Negara maju menjadi pilihan utama beberapa orang untuk bisa ke Negara tersebut. Beberapa orang memiliki pandangan bahwa Negara maju merupakan Negara yang siap memberikan gaji yang besar kepada pekerja asing, memiliki sekolah yang lebih bagus dari Negara sendiri dll. Dikarenakan pandangan seperti itu, beberapa orang berlomba-lomba untuk melanjutkan hidup di luar negeri terutama Negara maju. Korea merupakan Negara berkembang yang telah berubah menjadi Negara maju. Perekonomiannya sudah mulai mampu bersaing dengan negara-negara maju yang lainnya. Korea memiliki banyak industry yang maju dan produk dari Korea mampu bersaing di pasar internasional. Sebagian besar perekonomian Korea disumbang dari sektor industri. Dikarenakan industri Korea sangat maju, maka secara otomatis Korea membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar. Peluang ini dimanfaatkan oleh beberapa orang dari Indonesia untuk bisa bekerja di Korea. Begitu juga di bidang pendidikan, Korea merupakan Negara yang lagi mempercepat perkembangan industry mereka oleh karena itu universitas-universitas di Korea berusaha bisa bersaing hasil penelitian mereka di internasional. Saat ini juga Korea masih memimpin dalam teknologi informasi dan juga masih bisa bersaing dalam dunia elektronik. Dengan alasan ini, beberapa pelajar dari Indonesia juga beusaha belajar di Korea.

Di lain pihak yang menjadi tantangan beberapa orang Indonesia ketika datang ke Korea adalah perbedaan budaya. Perbedaan budaya ini yang bisa menjadi tantangan yang harus dihadapi atau sebagai kesempatan yang perlu diadopsi. Ada beberapa budaya Korea yang mempunyai nilai positif seperti menghormati orang yang lebih tua, tetapi tidak semua budaya di Korea bagus. Saat ini budaya Korea mulai dipengaruhi oleh budaya-budaya negatif. Seperti bermesraan sepasang manusia yang bukan muhrim di tempat umum merupakan hal sangat biasa. Budaya yang seperti tersebut yang menjadi tantangan buat kaum muslim yang berada di sini untuk tidak terpangaruh dengan budaya tersebut.

Pada bulan Ramadhan, kaum muslimin di Korea yang merupakan kaum minoritas memiliki cobaan yang sangat besar. Tantangan itu mulai waktu buka bukan menjadi waktu istirahat, tugas yang sangat banyak, tempat untuk shalat berjamaah yang terbatas dll. Tantangan ini tidak hanya dihadapi oleh pekerja tetapi juga oleh pelajar.

Para pekeja di Korea memiliki tantangan terbesar dalam bulan Ramadhan. Tantangan itu adalah waktu kerja mereka yang memakan durasi yang lama dalam sehari dan juga mendapat pekerjaan yang membutuhkan energy yang besar. Ada beberapa pekerja di Korea merasa tidak mampu menjalankan Ramadhan dengan sempurna dengan beban pekerjaan yang dipegangnya sangat besar. Dan ada juga para pekerja merasa berat ketika waktu berbuka merupakan waktu kerja bukan waktu istirahat. Ada beberapa sajeng (nama bos pabrik red.) mungkin mengizinkan pekerjanya untuk istirahat sebentar untuk berbuka tetapi ada juga yang tidak mengizinkan. Beberapa strategi yang bisa dilakukan paa pekerja dengan cara menyimpan roti dan memakan roti tersebut ketika berbuka. Selain itu, yang menjadi halangan adalah untuk mengerjakan shalat tarawih. Ada beberapa pekerja yang mendapat shift dari siang sampai malam, sehingga ketika sudah selesai kerja mereka akan sangat lelah dan kesulitan untuk mengerjakan ibadah shalat malam. Begitu beratnya halangan atau tantangan yang akan dihadapi ketika Ramadhan, ada sedikit pekerja yang memilih berhenti sementara untuk kerja selama sebulan hanya untuk mengisi Ramadhan dengan ibadah.

Tantangan paling terberat ketika bulan Ramadhan di Korea di kehidupan pekerja adalah lingkungan yang tidak mendukung. Budaya mabuk di Korea merupakan budaya yang biasa. Hampir setiap hari pada malam hari kita dapat melihat orang mabuk. Dengan gaji yang cukup besar, pada saat waktu senggang membuat pekerja tergoda untuk terpengaruh dalam budaya tersebut. Hal yang bisa diantisipasi adalah dengan berusaha mendekatkan diri ke lingkungan yang benar. Di Korea banyak terdapat mushola-mushola yang dikelola oleh pekerja Indonesia. Dan mushola tersebut memiliki kegiatan yang banyak untuk meningkatkan keimanan. Musholal ah mempunyai peranan penting untuk mewarnai Ramadhan untuk mencegah budaya mabuk ini.
Dalam dunia pelajar yang belajar di Korea, tantangan yang dihadapi selema bulan Ramadhan tidak terlalu sama dengan para pekerja. Tantangan yang dihadapi adalah waktu kerja yang ditentukan oleh lab ada yang mencampai 12 jam setiap hari dan lebih berat lagi ada beberapa pelajar yang tidak pulang 24 jam di lab terus untuk mengerjakan tugas penelitian. Pada saat di lab, pelajar tidak hanya berpikir dan kadang melakukan eksperimen. Ada beberapa pelajar yang eksperimennya memakan waktu yang cukup lama dan harus menginap di lab. Dengan pekerjaan penelitian yang seperti ini, tidak banyak pelajar kesulitan juga dalam mengerjakan ibadah malam. Tetapi ada beberapa pelajar juga berusaha mengatur jadwal eksperimennya sehingga tidak sampai eksperimen sampai larut malam.

Tantangan yang lain dihadapi pelajar adalah ketika ada pesta yang dilaksanakan lab. Pada saat pesta, pembimbing penelitian selalu menawarkan kepada mahasiswanya minuman beralkohol. Di sini lah para pelajar harus bisa berani untuk menolak minuman beralkohol tersebut. Mau tidak mau, pelajar juga harus bisa “mengisi ulang” keimanannya dengan pengajian-pengajian yang dilakukan oleh internal pelajar. Jaak yang jauh tidak menjadi masalah bagi pelajar. Ta’lim online dengan menggunakan media conference tertentu cukup sering dilakukan oleh pelajar di sini. Selain itu ada sebagian pelajar juga ikut serta dalam kegiatan amal jama’i via online dengan pelajar dari Negara lain. Tadarusan online merupakan program amal jama’i yang dilakukan oleh pelajar. Secara umum, program ibadah yang dilakukan pelajar hampir semuanya berhubungan dengan internet. Hal ini dikarenakan pelajar relatif mudah akses internet dengan kecepatan yang tinggi. Dengan memanfaatkan Korea sebagai Negara yang memiliki kualitas internet yang terbaik di dunia, pelajar di sini dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan optimal.

Secara umum tantangan yang dihadapi adalah waktu kerja yang relatif lama yang mengakibatkan energy untuk ibadah juga terkuras dan juga budaya yang tidak sesuai dengan Islam. Tapi kedua tantangan tersebut dapat disiasati oleh pelajar dan pekerja di sini dengan beberapa strategi. Pekerjaan selesai Ramadhan juga dapat dijalankan dengan optimal.

No Limit

No Limit