Sabtu, 28 Maret 2009

Kejadian Tanggul Situ Gintung merupakan pelajaran bagi kita semua.

Innalillahi wainnailaihi roji'un
Pada hari Jum'at (27 Maret 2009) pagi terjadi musibah di daerah Tanggerang. Tanggul Situ Gintung jebol yang mengakibatkan rumah penduduk di sekitar tanggul Situ Gintung hancur porak poranda. Kejadian ini telah makan puluhan korban tewas. Ada seorang bapak berumur 55 tahun telah kehilangan 7 anggota keluarganya. Saya turut berduka ketika mendengar kabar ini. Semoga korban diberikan ketabahan oleh Allah SWT.

Kejadian ini saya mendapatkan pelajaran arti dari sikap aktif. Sikap proaktif bisa mencegah peristiwa ini atau bisa diadakan evakuasi dini. Tanggul dibangun pada saat jaman penjajahan Belanda. Tanggul ini sudah beberapa kali mengalami kerusakan. Sesaat sebelum tanggul jebol, sudah ada indikasi bahwa tanggul mulai rusak. Dalam kondisi seperti ini menurut saya seharusnya sudah ada sikap proaktif dari pihak-pihak terkait apalagi pada saat ini curah hujan di daerah Jabotabek cukup tinggi. Tetapi sikap proaktif telah telat karena peristiwa ini sudah terjadi ketika penduduk sedang tertidur pulas.

Pada musim penghujan, di daerah Jabotabek sering terjadi bencana. Saya berharap dengan kejadian ini kita sebagai warga Indonesia (khususnya bagi orang-orang yang berkaitan dengan keilmuan infrastruktur) bisa bersikap proaktif untuk mencegah kejadian yang banyak makan korban seperti ini. Bukan jamannya untuk melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain, seharusnya adalah saling sinergi untuk menyelesaikan persoalan yang ada.

Kejadian ini merupakan pelajaran bagi seluruh warga Indonesia bukan hanya pemerintah saja atau warga sekitar tanggul saja. Marilah kita bersinergi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Indonesia. Kejadian jebol tanggul ini merupakan salah satu persoalan dari berbagai persoalan yang dihadapi oleh warga Indonesia.

Rabu, 04 Maret 2009

PENDIDIKAN RUMAH BERPERAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pendahuluan

Pembangunan yang berkelanjutan bergantung terhadap tiga komponen yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam dan sistem.Sumber daya alam dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya apabila terdapat teknologi.Teknologi muncul dikarenakan adanya sumber daya manusia yang bermutu. Sumber daya manusia akan menjadi lebih baik apabila pendidikan yang diberikan mempunyai nilai-nilai yang baik. Apabila pendidikan hancur maka pendidikan yang berkelanjutan mengalami masalah.

Krisis multidimensional yang melanda Indonesia merupakan sumber daya manusia yang masih belum bisa bersaing. Sumber daya manusia yang belum bisa bersaing dikarenakan mutu pendidikan belum baik. Dan yang paling merisaukan sumber daya manusia sering bertindak tanpa moralitas.

Menurut IMD (2000) Indonesia menduduki peringkat ke-45 (dari 47 negara) dalam hal daya saing. Padahal Singapura berada pada posisi no.2 dan Malaysia serta Thailand masing-masing pada urutan ke-25 dan ke-23. Daya saing ditentukan oleh mutu SDM. Ditinjau dari segi mutu SDM, Indonesia menduduki peringkat 46. SDM Indonesia ternyata kurang menguasai sains dan teknologi, dan kurang mampu secara manajerial. Dalam kedua hal ini Indonesia mendapat nomor urut 42 dan 44.

Penelitian lain mengungkapkan, produktivitas SDM Indonesia rendah, karena kurang percaya diri, kurang kompetitif, kurang kreatif dan sulit berprakarsa sendiri (=selfstarter, N Idrus CITD 1999).

Di samping itu, banyak pusat kajian menggolongkan Indonesia pada kelas amat wahid dalam hal korupsi. Korupsi berkaitan dengan penyalahgunaan kewenangan, dengan kebohongan, ketidakjujuran, bahkan dengan ketidakadilan dan pemerasan. Semua itu tanda-tanda kemerosotan bahkan kebejatan moral.

Tidak adil apabila kita hanya mempersalahkan dunia pendidikan. Karena kemerosotan turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan, khususnya media massa. Namun, tetap benar institusi yang ex officio bertanggung jawab terhadap pembinaan SDM adalah dunia pendidikan. Oleh sebab itu, penting sekali negara berkembang seperti Indonesia mengikuti nasihat peneliti McDougall: invest in man not in plan.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa inti permasalahan dari pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan yang belum bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya moralitas yang rendah. Salah satu yang dapat dirasakan adalah korupsi yang terjadi di tengah-tengah birokrat Indonesia.

Makalah ini akan membahas solusi yang bisa menjawab permasalahan utama yang harus dihadapi untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan.

Telaah Pustaka

Manusia Pembelajar

Tugas, tanggung jawab dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Sedangkan pelajaran pertama dan terutama yang perlu dipelajarinya adalah belajar menjadikan dirinya semanusiawi mungkin.Keunikan manusia dibandingkan dengan berbagai makhluk dan ciptaan Tuhan lainnya khususnya dengan binatang adalah manusia dapat belajar tentang, belajar melakukan dan belajar menjadi dirinya sendiri sementara binatang hanya dimungkinkan untuk belajar melakukan.Binatang tidak dapat belajar tentang apalagi belajar menjadi.

Perbedaan antara belajar tentang dan belajar melakukan dapat dicontohkan belajar sepeda. Dicontohkan belajar tentang bersepeda berarti mempelajari teori-teori terkait dan itu dapat dilakukan di sebuah ruangan yang tidak ada sepedanya.Belajar bersepeda (belajar melakukan) berarti pergi membawa sepeda ke tanah lapang atau jalan dan praktik langsung.

Belajar menjadi adalah proses manusia pembelajar memanusiawikan dirinya. Memanusiawikan diri maksudnya adalah merenungkan hakikat dirinya terlebih dahulu, mencari jati dirinya, menghayati keberadaannya sebagai “apa” dan “siapa”. [1]

Berpikir Besar

Seseorang akan menjadi manusia besar diawali oleh pikirannya. Apabila pikiran manusia hanya berpikir kecil maka manusia tersebut tidak akan pernah menjadi orang-orang yang besar. Sebaliknya apabila manusia berpikir suatu hal yang besar maka manusia tersebut akan menjadi orang-orang yang besar.[2]

Dalam menghadapi pembangunan yang berkelanjutan yang perlu diperhatikan adalah manusia yang berkualitas terutama dalam pemikiran daripada kuantitas manusia yang bekerja dalam pembangunan. [3]

Kualitas dari manusia dapat dilihat dari pola pikirnya. Dapat dianalogikan untuk melihat gelas yang berisi setengah air. Apabila manusia melihat gelas tersebut adalah setengah kosong maka manusia tersebut orang yang pesimis. Sebaliknya apabila manusia melihat gelas tersebut adalah setengah isi maka manusia tersebut orang yang optimis.[4]

Dengan pemikiran yang besar dapat membuat manusia menjadi visioner. Manusia visioner merupakan manusia yang bisa melakukan pencapaian-pencapaian besar. Manusia-manusia visioner dapat menjadi golongan creative minority. Creative minority merupakan sekumpulan manusia yang minoritas yang dapat melakukan suatu perubahan besar.

Lingkungan

Lingkungan merupakan komponen utama dalam proses pendidikan. Nilai-nilai yang terdapat di tengah masyarakat biasanya akan dapat disampaikan melalui lingkungan.

Lingkungan juga dapat membentuk pola pikir seseorang.Salah satu contohnya adalah anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan memiliki pola pikiran hidup untuk makan.Pola pikiran ini telah terciptakan ketika mereka lahir di tengah kehidupan yang sulit. Lingkungan mereka membentuk pola pikir mereka hidup untuk mencari uang yang cukup untuk membeli makanan.

Selain itu lingkungan yang bebas dapat juga membawa manusia hidup dalam pergaulan bebas yang dapat menjebak manusia pada obat-obat terlarang maupun sex bebas. Hal ini juga dapat menghancurkan masa depan anak-anak muda yang notabenenya menjadi stake holder dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Integritas

Integritas adalah kesesuain antara hati, perkataan dan perbuatan. Dapat dikatakan bahwa integritas adalah kejujuran.

Nilai-nilai integritas ini tidak dapat diajarkan dalam kelas atau dalam media diskusi. Nilai-nilai ini akan tersampaikan apabila adanya praktik tauladan yang baik yang dilakukan seseorang. Dengan kata yang lain nilai-nilai integritas akan tersampaikan melalui lingkungan.

Tabel 1 merupakan tabel hasil survei NACE USA. [5]

Tabel 1

Dari tabel 1 tersebut dapat dilihat ternyata integritas merupakan komponen yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Dengan integritas yang tinggi maka manusia dapat dipercaya untuk mendapat amanah dalam pekerjaan. Dalam pelaksanaan pembangunan dibutuhkan orang-orang yang memiliki integritas yang tinggi.


Pembahasan

Permasalahan utama yang dihadapi oleh pembangunan Indonesia adalah krisis sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya kasus korupsi yang terjadi di lembaga pemerintahan dan juga tingkat pengangguran yang tinggi.

Solusi untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah membuat pendidikan “belajar menjadi” sedini mungkin.

Pendidikan di tingkat SD sebaiknya tidak hanya mendapat materi “belajar tentang” saja (pelajaran formal) tetapi juga mendapat materi “belajar menjadi”. Sebenarnya untuk mendapatkan materi “belajar menjadi” dibutuhkan lingkungan yang mendukung baik lingkungan di sekolah maupun di lingkungan keluarga.

Pemikiran-pemikiran visioner juga diharapkan diberikan pada saat umur 7-14 tahun.Hal ini dikarenakan pada umur 7-14 tahun merupakan masa pembentukan karakter diri. Pada masa ini sebaiknya telah diceritakan mengenai profesi-profesi yang ada.Informasi mengenai profesi-profesi yang ada membuat mereka dapat menentukan masa depannya dan konsekuensi perjuangan yang harus dilewati. Dengan mengetahui masa depan ke arah mana, maka akan tercipta manusia-manusia pemimpi besar yang selanjutnya akan menjadi bagian dari creative minority.

Hal ini telah dilakukan oleh sekolah alam Bandung. Dimana sekolah alam Bandung telah mengajarkan materi “belajar tentang” dan juga “belajar menjadi”. Murid-murid sekolah alam telah diajarkan menjadi seorang entrepreneur yang diharapkan ke depannya mereka dapat menciptakan lapangan pekerjaan.Proses pemberian materi “belajar menjadi” pada sekolah alam Bandung juga didukung oleh suasana lingkungan pendidikan.

Pada umumnya di sekolah, materi “belajar menjadi” belum tentu dapat diberikan.Di sekolah pada umumnya hanya memberikan materi “belajar tentang”. Jadi di sekolah pendidikan secara keseluruhan hanya tersampaikan sebesar 30% selebihnya sebesar 70% pendidikan dilakukan di rumah oleh orang tua.

Untuk permasalahan pendidikan moral, dapat disampaikan oleh tauladan yang diberikan guru dan juga orang tua. Tauladan yang baik tersebut selanjutnya akan menghasilkan integritas.Untuk proses pembentukkan integritas merupakan tanggung jawab bersama antara guru dan orang tua. Penanaman nilai integritas sebaiknya dilakukan pada usia 7-14 tahun.

Penutup

Kesimpulan

- Proses “belajar menjadi” selama ini belum dilakukan sedini mungkin.

- Creative minority terdiri dari orang-orang yang visioner yang selanjutnya bisa melakukan perubahan-perubahan besar.

- Pada umumnya di sekolah hanya mengajarkan materi “belajar tentang”. Untuk materi “belajar menjadi” banyak membutuhkan peran orang tua.

- Lingkungan merupakan komponen yang mendukung pemberian materi “belajar menjadi” dan integritas.

- Korupsi merupakan persoalan integritas yang menurun di setiap diri manusia. Integritas yang menurun dikarenakan lingkungan yang tidak memberikan tauladan yang baik.

- Untuk membantu pembangunan yang berkelanjutan dimulai dari pemberian tauladan yang baik bagi generasi muda untuk menciptakan integritas pada generasi muda.

Rekomendasi

- Diharapkan orang tua dapat menciptakan lingkungan yang baik di keluarga dan juga berperan aktif dalam pendidikan anaknya.

- Diharapkan guru dan orang tua memiliki integritas yang baik agar dapat dicontoh oleh murid-muridnya.


Daftar Pustaka

[1] Harefa, Andreas.2005. Menjadi Manusia Pembelajar.Indonesia:Kompas.

[2] Schwartz, David.2003.Berpikir &Berjiwa Besar:Delapratasa Publishing

[3] Al Qardhawy, Yusuf.2005.Fiqh Prioritas.Jakarta:Robbani Press.

[4] Marpaung, Parlindungan.2005.Setengah Isi Setengah Kosong.Bandung;MQ Publishing.

[5] Putra, Ichsan S dan Ariyanti Pratiwi.2005.Sukses Dengan Soft Skills.Bandung:Direktorak Pendidikan ITB.



No Limit

No Limit