Senin, 23 Mei 2011

Dari Sini lah Kami Berbuat...

Menjadi tenaga kerja di luar negeri bisa jadi bukan menjadi suatu cita-cita seseorang. Tetapi menjadi tenaga kerja di luar negeri bisa jadi adalah potongan hidup seseorang untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi lagi. Hal ini lah yang saya lihat dalam diri rekan-rekan pekerja Indonesia di Korea. Mereka mempunyai keinginan suatu saat nanti mereka pulang ke Indonesia dengan modal yang cukup untuk melakukan perubahan dalam kehidupannya untuk mencapai cita-cita. Sungguh mulia misi mereka datang ke sini. Mereka ingin mencari uang sebanyak-banyaknya agar keluarga mereka di Indonesia bisa hidup dengan baik serta mereka bisa membawa kehidupannya ke arah yang lebih baik lagi.

Selama berinteraksi dengan rekan-rekan pekerja di sini, saya melihat ada tiga kebutuhan utama yang mereka butuhkan selama di Luar negeri (Korea untuk kasus ini) yaitu pendidikan, kewirausahaan dan perlindungan. Dua hal pertama saya menyebutnya sebagai program pembinaan kepada rekan-rekan pekerja Indonesia. Dan Hal yang terakhir merupakan suatu program pelayanan.

Pendidikan merupakan suatu hal menjadi kebutuhan manusia. Pendidikan bukanlah suatu yang berwujud, tapi pendidikan meruapakn suatu hal yang tidak berwujud tetapi bisa membuat manusia berubah dari kondisi yang tidak tahu menjadi kondisi yang tahu. Pendidikan itu tidak akan habis seperti kebutuhan yang lain. Ada kemungkinan dengan pendidikan menjadi ladang amal bagi seseorang dengan cara menyebarkan ilmu yang dimilikinya. Pendidikan juga bisa meningkatkan derajat kehidupan dari seseorang. Saya mempunyai impian bahwa suatu saat nanti tanah air, Indonesia, bisa terwujud komunitas knowledge society yaitu suatu komunitas dimana setiap masalah yang ada akan ada berbagai masukan solusi terhadap masalahan tersebut dari berbagai sudut keahlian masing-masing. Solusi yang dihasilkan bukan berupa suatu solusi bersifat emosional dan memaksa keinginan pribadi. Dengan adanya pendidikan yg diberikan akan membuat manusia untuk bisa mewujudkan knowledge society ini.

Kewirausahaan menjadi kebutuhan yang lain bagi rekan-rekan pekerja di sini (Korea red.). Kewirausahaan di sini diharapkan bukan hanya diartikan sebagai kegiatan perdagangan saja. Artinya bukan hanya menjual barang-barang dari suatu tempat ke tempat lain (bisa dikatakan seperti distributor). Tetapi diharapkan kewirausahaan di sini bisa mempunyai arti yang luas. Seperti mengelola suatu bahan dan menambah nilai bahan tersebut agar harganya bisa meningkat dan memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak. Dalam kalimat singkat diharapkan menjadi seorang wirausaha yang memiliki visi yang jauh. Untuk menjadi seorang pengusaha seperti ini rekan-rekan pekerja di sini memerlukan suatu bimbingan. Bimbingan pelatihan wirausaha, pelatihan pengelolaan keuangan secara profesional, pelatihan pengelolaan suatu organisasi yang benar dsb. Bimbingan bukan hanya berhenti di suatu pelatihan saja tapi diharapkan bisa dilaksanakan secara langsung.

Banyak rekan-rekan pekerja mendapat suatu permasalahan dengan pihak perusahaan mereka bekerja. Salah satu kasusnya ada perusahaan yang belum membayar hak dari rekan-rekan pekerja di sini yaitu gajinya sampai beberapa bulan. Kasus-kasus lain juga ada yang terjadi tetapi sulit untuk diungkapkan satu persatu dalam tulisan ini. Kasus-kasus seperti ini biasanya rekan-rekan pekerja membutuhkan pendampingan hukum. Beberapa dari mereka berusaha mengadu ke lembaga-lembaga yang berkosentrasi dalam perlindungan buruh migrant di Korea dan ada juga beberapa dari mereka kebingungan harus bagaimana.

Tiga kebutuhan ini merupakan kebutuhan dari rekan-rekan pekerja di sini. Bisa jadi ini adalah tugas dari pemerintah untuk membuat program pembinaan dan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia. Tetapi saya sendiri belum melihat usaha yang efektif untuk melakukan program ini dari pemerintah. Mungkin sebagai seorang mahasiswa di sini yang memiliki jiwa yang kritis akan mencoba membuat suatu tuntutan ke pemerintah untuk melakukan program pembinaan. Tetapi saya bukan lah orang yang memiliki karakter untuk menyampaikan keinginan dengan baik. Sejak kecil saya sulit untuk mengungkapkan keinginan secara langsung ke orang lain.

Dengan karakter seperti tersebut, bukan berarti saya harus berhenti untuk bergerak. Saya semangat dengan melihat ada beberapa teman-teman saya di sini memiliki idealisme yang sama dan juga semangat yang bagus dari rekan-rekan pekerja di sini untuk melakukan perubahan. Dengan semangat ini lah menjadi modal awal saya untuk melakukan suatu perubahan secara bottom up untuk tanah air.

Suatu pergerakan perubahan ini dimulai sejak sekitar akhir tahun 2009 atau awal tahun 2010. Saat itu saya dan rekan saya yang lain membentuk suatu tim di bawah suatu organisasi pelajar di sini yaitu Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika). Tim ini merupakan tim yang mencoba mengusahakan adanya program Universitas Terbuka (UT) untuk rekan-rekan pekerja di sini agar mereka bisa merasakan pendidikan strata satu. Universitas Terbuka merupakan Perguruan Tinggi negeri Indonesia yang didirikan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada warga negara Indonesia bisa merasakan pendidikan strata satu. Di luar dugaan saya, menyukseskan program ini ternyata tidak semudah saya bayangkan. Proses yang panjang pengurusan ini sampai memakan waktu hampir satu tahun. Selama satu tahun tersebut bukan berarti tidak ada konflik yang terjadi. Tekanan juga berdatangan baik dari rekan-rekan pekerja yang menuntun janji adanya program UT ke tim, proses birokrasi yang harus dihadapi, dan juga tekanan atau konflik di internal tim Perpika sendiri. Selama satu tahun saya cukup lelah menunggu prosesnya selesai. Selama satu tahun juga saya harus kuat menghadapi konflik yang terjadi. Selama satu tahun juga saya melakukan kesalahan dalam pengurusan program UT ini, saya tidak membuat time line yang jelas dan langkah-langkah yang sistematis. Kesalahan ini merupakan kesalahan saya sebagai manusia biasa yang harus berbagi kosentrasi dengan kegiatan-kegiatan saya yang lain. Dan selama satu tahun itu juga saya mendapatkan banyak proses pembelajaran.

Di awal tahun 2011, berita gembira akhirnya datang. Program UT Korea bisa dilaksanakan pada awal tahun 2011. Agar program UT ini bisa berjalan lancar, maka segera dibentuk tim pengurus UT. Saya sangat bersyukur dikarenakan sebanyak 70 % orang yang berada timpengurus UT 2011 merupakan orang-orang yang mempunyai idealisme yang bagus. Beberapa pengurus UT yang gugur bagi saya mereka bukan orang jahat tapi mereka adalah orang yang luar biasa juga karena bersedia mencoba belajar dalam pengurus UT 2011 ini. Karena kita tidak tahu apakah kita sanggup jika kita mencoba dahulu tugas tersebut. Kembali terkait awal dibukanya program UT Korea. Hal yang membuat saya senang pada saat sosialisasi UT Korea yang disampaikan oleh pak Gorky sebagai Pembantu Rektor 4 UT adalah saya melihat rasa semangat belajar rekan-rekan TKI dalam menuntut ilmu. Saya semakin yakin harapan terbentuknya knowledge society bukan lah suatu mimpi belaka saja.

Di akhir bulan Februari 2011, program UT Korea memulai aktifitasnya beruapa tutorial tatap muka (TTM). TTM perdana ini sangat berat bagi kami, soalnya dalam satu pekan kami harus memikirkan alternatif untuk mencari ruangan yang dimana pengurus UT mendapatkan informasi bahwa ruangan yang awalnya kami pinjam tidak dapat digunakan. Selama satu pekan itu kami (tim pengurus UT 2011) berpikir mencari alternatif pengganti ruangan. Sekali lagi saya sangat bersyukur karena tim pengurus UT 2011 merupakan tim yang baik dan profesional. Ide muncul menggunakan jaringan internet sebagai pengganti ruangan. Inilah semangat anak muda, semangat yang tidak hilang walaupun adanya tantangan yang dihadapi dan tidak menjadikan alasan berhenti dengan tantangan itu.

Menjelang akhir masa-masa perkuliahan, UT Korea mendapatkan kesempatan menggunakan ruangan yang difasilitasi oleh rekan-rekan mahasiswa UT sendiri melalui Indonesia Comunity in Korea (ICK/ICC) dan juga tim mahasiswa UT yang di daejon. Saya bersyukur karena selama TTM terselenggarain secara pertemuan darat, hampir 80 % saya memantau prosesnya. Saya sangat senang karena aktifitas kelasnya cukup aktif sehingga saya masih yakin mewujudkan knowledge society di tanah air bukan hanya mimpi belaka. Walaupun ada beberapa tantangan yang dihadapi mahasiswa UT seperti modul yang telat, mereka tetap semangat untuk berusaha belajar walaupun mereka ada yang mengeluh. Mengeluh di sini saya menganggap berupa ekspresi kondisi pada saat itu.

Selama pengurusan semester pertama UT Korea, banyak juga pelajaran yang saya hadapi. Mulai dari mahasiswa yang kesulitan akses penggunanaan internet, konflik tutor dengan mahasiswa, konflik antara mahasiswa dengan mahasiswa, sampai saya harus mengambil beberapa tugas pengurus yang mengundurkan diri. Tapi secara umum saya sangat senang karena bisa melihat seyuman rekan-rekan pekerja yang yakin dengan masa depan mereka. Saya sendiri yakin bahwa tim UT 2011 ini masih tetap solid walaupun ada sekitar 30 % yang berguguran. Sekali lagi, "you never walk alone", yang berguguran digantikan oleh Allah SWT dengan orang-orang yang memiliki semangat yang tidak kalah.

Saya memahami, dalam pengurusan UT Korea ini diperlukan peran pemerintah melalui KBRI secara signifikan. Tetapi saya menyadari kondisi saat ini yang dihadapi UT Korea. Saya masih apresiasi beberapa personal KBRI yang berusaha membantu maksimal dalam pengurusan UT Korea ini. Mudah-mudahan bapak-bapak kami di pemerintahan di sana bisa merasakan semangat kami-kami (pelajar dan pekerja) di sini, bahwa kami mempunyai semangat perubahan. Jika bapak-bapak ingin bantu, kami sangat senang tapi jika bapak masih belum berniat membantu, bukan menjadi alasan bagi kami untuk berhenti bergerak menuju perubahan.

Tekait bidang kewirausahaan, rekan-rekan pekerja mendapat bimbingan yang baik oleh Lingkar Wirausaha Indonesia (LWI) dan dibantu oleh Perpika juga. Dalam bidang wirausaha ini, tim LWI banyak berperan dalam pembimbingan dikarenakan LWI sudah mempunyai jaringan yang cukup luas terkait wirausaha. Peran Perpika di sini melalui departemen Pengabdian Masyarakat adalah mencoba memberikan pengalaman dalam pengelolaan organisasi.

Terkait perlindungan hukum, hal ini yang belum bisa dilakukan oleh rekan-rekan pelajar di sini. Mudah-mudahan dalam waktu ke depan isu ini akan ada solusinya.

"Menjadi orang yang peduli dengan urusan sendiri adalah suatu hal yang enak. Tapi menjadi orang yang peduli dan bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri adalah suatu hal yang lebih enak lagi"

No Limit

No Limit