Selasa, 06 Januari 2009

Kisah hidup di negara minoritas Islam

Apa yang anda bayangkan jika anda menjadi kaum minoritas? Mungkin ada yang menjawab, kaum minoritas merupakan kaum yang tertindas. Atau ada yang menjawab kaum minoritas merupakan kaum yang eksklusif. Banyak jawaban yang akan bermunculan.

Pada postingan kali ini merupakan cerita pengalaman hidup sebagai kaum minoritas di negeri gingseng (Korea Selatan red.). Negeri ini notabene dengan negara yang mayoritas memeluk agama kristen tapi banyak juga yang tidak memiliki/mempercayai agama. Sebagian besar mereka lebih menyenangi pekerjaan daripada memiriki agama.

Jumlah orang muslim di negeri ini tidak terlalu banyak. Bisa dikatakan bahwa jumlah muslim di sini kurang dari 10 %. Walaupun sebagai kaum minoritas, di Korea juga terdapat mesjid di berbagai kota. Tidak hanya mesjid tapi terdapat juga berbagai mushola di segala pelosok daerah Korea. Mushola ini biasanya dibangun oleh sekelompok muslim dari negara tertentu seperti Indonesia, India, Pakistan dll. Di mesjid dan mushola ini, biasanya dimanfaatkan oleh jama'ah tablig untuk berda'wah. Biasanya jama'ah tablig ini berasal dari berbagai negara.

Selanjutnya yang menjadi topik pembicaraan adalah mengenai suasana makanan di Korea. Terus terang untuk mencari makanan halal di Korea sangat lah susah. Soalnya penduduk Korea selalu menggunakan Babi sebagai bahan utama makanan mereka. Ini yang menjadi perhatian setiap muslim untuk memperhatikan kandungan makanan tersebut. Selain itu daging yang lain seperti sapi, ayam, bebek, kambing diindikasikan tidak halal, hal ini dikarenakan cara penyelembihan daging ini tidak sesuai dengan syariat yang diajarkan (biasanya menggunakan mesin untuk penyelembihan binatang ini). Oleh karena itu, jika ingin makan daging ayam, sapi, kambing, bebek dll sebaiknya beli di toko yang penjualnya muslim soalnya diyakini penyelembihannya sesuai dengan syariat (seperti di daerah Itaewon kota Seoul).

Yang cukup menarik adalah pertanyaan dari teman-teman Korea atau Vietnam saat di kampus, mereka menanyakan kenapa kamu tidak bisa makan daging ini? Ini cukup berat untuk menjelaskannya soalnya ini akan memakan waktu yang panjang menjelaskannya. Tapi biasanya saya menjawab dengan jawaban yang sederhana yaitu dalam Islam memiliki prosedur untuk melakukan penyembelihan hewan ini. Dan selanjutnya pertanyaan yang menjebak, bagaimana kamu tahu daging ini disembelih tidak sesuai dengan prosedur Islam? Saya jawab dengan jawaban yang diplomatis karena Korea tidak mayoritas Islam, jadi saya ragu dengan cara penyelembihannya dan saya juga telah konfirmasi ke muslim yang lainnya yang telah tinggal di sini lebih lama. Mungkin pikiran seperti ini akan muncul di pikiran para pembaca, terus terang saya masih lebih percaya daging yang dijual di negara yang mayoritas Islam daripada di minoritas Islam dan juga lebih percaya ketika yang jual adalah muslim.

Kondisi yang lain adalah mengenai shalat. Di Korea, jadwal kegiatan di sini tidak memperhatikan jadwal waktu shalat. Jadi kita dituntut untuk mandiri untuk mengatur jadwal shalat kita dengan sebaik-baiknya (kadang saya izin keluar dari kelas untuk shalat).

Tapi bukan hanya perjuangan untuk beribadah saja yang saya lakukan di negara minoritas Islam ini, tapi saya juga mendapatkan pengalaman yang berarti. Saya mendapat kesempatan untuk mempelajari budaya di sini. Secara umum saya sangat kagum dengan budaya di sini (tapi ada beberap budaya yang tidak dikagumi seperti mabuk-mabukan). Ada salah satu budaya yang cukup menarik perhatian saya. Ketika ingin minum sesuatu dan gelas kita kosong, maka gelas kita akan diisi bukan oleh diri sendiri tapi akan diisi oleh orang lain. Mungkin perbuatan ini suatu hal yang biasa tapi yang cukup menarik adalah seorang atasan kadang memberikan air kepada bawahannya dan bawahannya juga akan memberikan air ke atasannya. Dari sikap budaya ini saya merasa kesamaan kedudukan ketika di meja makan (tapi ga tahu ya di luar meja makan =p). Dan ketika saya tanya ke orang Korea, dia jawab ini menunjukkan kesopanan kita terhadap orang yang lain.

Mungkin tulisan ini bisa membantu teman-teman untuk merasakan lingkungan yang saya rasakan di sini. Jadi teman-teman bisa merasakannya tanpa harus pergi ke Korea.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

wuihh keren,,,

posting lebih banyak lagi di tentang hal kek gini,,,,

biar wawasan kita tentang rakyat korea bisa terbuka

Anonim mengatakan...

Hmz.. sebetulnya kalau daging sapi ada juga lho yang diimport dari Australia. Insyallah halal, karena yang menyembelih orang orang islam.

Bisa ditanyakan ke yang jual koq.Tapi kalau memang gak yakin ya gpp. :)

Yudistira mengatakan...

@ kasyfi
ya, nanti akan saya posting pengalaman saya di sini
@arif
oh ...benar ya mas? saya baru tahu....

No Limit

No Limit