Rabu, 04 Februari 2009

Perbuatan Anarkis di DPRD Sumut

Ketika saya mendengar kejadian di gedung DPRD Sumut yang mengakibatkan ketua DPRD Sumut meninggal dunia (belum ada keterangan resmi apakah meninggal akibat serangan jantung atau akibat dipukuli, tapi yang perlu dibahas adalah peristiwa anarkis), saya merasa kecewa. Menurut saya peristiwa anarkis seperti ini diharapkan tidak terjadi.

Peristiwa anarkis ini berawal dengan ketidakpuasan masa pro pembentukan provisnsi Sumatera Tenggara terhadap ketua DPRD Sumut. Masa ini menilai bahwa ketua DPRD Sumut tidak baik kinerjanya dalam pengurusan pemekaran daerah tapanuli menjadi provinsi Sumatera Tenggara. Dengan rasa ketidakpuasan ini, masa mulai mendekati ketua DPRD Sumut dan memberikan cacian kepada ketua DPRD Sumut. Bukan hanya cacian yang diterima oleh ketua DPRD Sumut tetapi juga pukulan ke tubuh beliau. Pada saat itu juga, tidak terlalu banyak pasukan keamanan yang menjaga aksi ini sehingga pengamanan terhadap ketua DPRD Sumut pun tidak terlalu ketat.

Yang menjadi perhatian saya adalah peristiwa anarkis yang terjadi. Peristiwa ini bukanlah mencerminkan sikap seorang yang dewasa. Saya merasa hal ini dianalogikan seperti seorang anak kecil ketika meminta pensil kepada orang tuanya. Karena orang tuanya tidak merasa pensil masih belum bermanfaat bagi anak kecil tersebut, orang tua tersebut tidak bersedia membeli pensil tersebut. Anak kecil tersebut menjadi kecewa dan menangis dan uring-uringan sehingga beberapa benda di sekitar anak kecil tersebut dilempar ke segala arah. Padahal anak kecil tersebut bisa bersikap dewasa jika anak kecil tersebut menjelaskan manfaat yang dia peroleh ketika dia mendapatkan pensil tersebut.

Saya sendiri masih bingung mengenai pembentukkan provinsi Sumatera Tenggara ini. Jika pro pembentukan provinsi Sumatera Tenggara sudah memiliki analisa yang bagus dan bisa menjelaskan manfaat berdirinya provinsi ini, pro pembentukan provinsi Sumatera Tenggara ini bisa memanfaatkan anggota dewan di DPRD Sumut yang telah mereka pilih di daerah mereka ketika pemilu 2004 untuk memperjuangkan pembentukkan provinsi Sumatera Tenggara. Kalau seandainya anggota dewan terpilih di daerah mereka tidak mau memperjuangkan agenda pembentukan provinsi Sumatera Tenggara, berarti mereka telah salah pilih anggota dewan yang tidak amanah ketika pemilu 2004 atau agenda ini hanya merupakan agenda segolongan orang saja yang menginginkan provinsi baru. Allahu'alam

Saya berharap anarkis seperti ini yang telah terjadi beberapa kali di negara Indonesia dapat dikurangi atau dihilangkan. Kepada generasi muda, ingatlah di masa akan datang negara ini akan dipegang oleh generasi muda saat ini. Jadi mulailah untuk belajar menjadi dewasa. Nasehat ini juga berlaku buat saya (penulis).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Setelah kejadian anarkisme di DPRD kampung halaman mu kang, sekarang giliran 'anarkisme'di almamater mu kang!!!
Ehm... osjur yg menjadi jalan meninggalnya seseorang bisa dibilang anarkis juga ga yah?

Yudistira mengatakan...

@iyam...
Hmm... kenapa jarak berita duka ini telalu dekat.. Kedua lokasi kejadian ini memiliki keterkaitan hubungan emosional dengan saya...

No Limit

No Limit