Kamis, 28 April 2011

Pendidikan dan Kebudayaan Saling Berpengaruh Dalam Pembentukan Karakter suatu Bangsa Menuju Suatu Perubahan

Sejak kapan pendidikan dan juga teknologi telah dilahirkan? Sejak revolusi industri atau perang dunia pertama? Ternyata sistem pendidikan ini yang selanjutnya juga menciptakan teknologi telah lahir sejak manusia diciptakan. Contoh penggalan masa kehidupan manusia pada masa lalu adalah zaman manusia pra sejarah. Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi terbagi atas dua zaman yaitu zaman batu dan zaman logam [1]. Pada zaman batu, manusia prasejarah sudah mengenal teknologi yang terbukti dengan ditemukan peninggalan prasejarah berupa kampak dari batu. Teknologi merupakan perpaduan antara pengetahuan dan seni (science and art) pada masa pra sejarah. Dimana diketahui pengetahuan itu merupakan hasil dari proses pendidikan. Tetapi pada zaman parsejarah, proses pendidikan tidak sebaik pada saat zaman sekarang. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan sikap perilaku dan budaya manusia zaman prasejarah sangat berbeda dengan manusia zaman sekarang.

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan [2]. Oleh karena itu pendidikan sangat diperlukan dalam pembentukan karakter manusia. Dengan adanya karakter manusia yang unggul maka suatu proses alami suatu bangsa tersebut akan maju. Mantan Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno, pernah mengatakan bahwa berikan sepuluh orang pemuda kepada beliau maka beliau akan mengubah dunia. Ungkapan ini mengandung makna bahwa dengan adanya manusia yang memiliki karakter unggul maka dengan mudah perubahan besar dapat dilakukan (pada saat zaman Soekarno, kaum pemuda merupakan kaum terpelajar yang memiliki pandangan yang visioner). Makna sepeluh orang pemuda pada ungkapan Soekarno itu diartikan sebagai golongan creative minority . Creative minority merupakan sekumpulan manusia yang minoritas yang dapat melakukan suatu perubahan besar. Manusia yang visioner merupakan manusia yang memiliki sikap kedewasaan yang matang. Dalam suatu keputusan yang diambil oleh manusia visioner merupakan keputusan yang memiliki pengaruh bukan hanya untuk jangka pendek (sesaat) tetapi memiliki pengaruh untuk jangka panjang.

Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah laku [2]. Dari defenisi kebudayaan ini, dapat dilihat bahwa kebudayaan akan terbentuk dari hasil proses pendidikan. Tetapi dalam prakteknya, ada beberapa proses pendidikan merupakan hasil pengaruh dari budaya manusia daerah tersebut dan juga kebutuhan. Kasus ini dapat dilihat dari materi pendidikan yang digunakan setiap negara berbeda dengan negara yang lain.

Indonesia memiliki berbagai jenis budaya. Oleh karena itu, Indonesia sangat mudah dipecah belah karena memiliki keberagaman budaya. Tetapi materi pendidikan Indonesia berusaha untuk menciptakan persatuan bangsa Indonesia di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui memberikan materi-materi yang berkaitan dengan kesatuan dalam keragaman (unity in diversity) sejak dini (yaitu mulai tingkat Sekolah Dasar). Hal ini dapat dilihat dengan materi yang diperoleh di tingkat Sekolah Dasar memiliki tema berkaitan sikap tenggang rasa, saling menghormati dsb. Penanaman pendidikan yang berkaitan dengan kesatuan dalam keragaman ditanamkan sejak dini di Indonesia dikarenakan Indonesia ingin menanamkan budaya keragaman di wilayah NKRI. Umur 7-14 tahun merupakan masa pembentukan karakter diri. Di setiap daerah Indonesia memiliki system pendidikan informal yang berbeda. Maksud dari system pendidikan informal di sini adalah pendidikan yang diperoleh bukan dari lembaga formal seperti sekolah tetapi diperoleh dari nilai-nilai yang hidup di daerah tersebut. Karakter manusia di Indonesia akan berbeda di setiap daerah, hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendidikan informal setiap daerah tersebut yang selanjutnya karakter tersebut akan menjadi budaya dari daerah tersebut. Hal menarik di Indonesia adalah dengan adanya keragaman ini, maka karakter manusia yang dihasilkan di Indonesia akan beragam yang selanjutnya menjadi kekuatan bangsa Indonesia untuk melakukan suatu perubahan postif yang besar. Tetapi kondisi ini akan tidak menghasilkan perubahan positif jika kekuatan keragaman ini disalahgunakan.

Korea hanya memiliki satu budaya. Dengan kondisi seperti ini, pendidikan Korea relatif sama di seluruh daerah Korea. Budaya orang muda patuh dengan orang yang tua sudah terlihat dengan jelas di lembaga pendidikan di Korea. Oleh karena itu kondisi social di Korea relatif stabil dikarenakan adanya budaya ini. Hal menarik yang lain yang ada di Korea yang merupakan factor keberhasilan bangsa Korea bisa maju yaitu budaya kerja keras. Ternyata budaya kerja keras ini sudah ditanam sejak di lembaga pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama. Hal ini dapat dilihat dengan materi pendidikan yang padat yang menuntut mereka belajar dari pagi sampai larut malam. Dengan adanya system pendidikan seperti ini membuat budaya kerja keras mereka tetap terpelihara.

Setiap bangsa akan memiliki system pendidikan dan budaya yang berbeda. Tetapi yang menjadi terpenting adalah bagaimana bangsa tersebut bisa membentuk manusia yang visioner yang notabene bisa melakukan perubahan positif yang besar. Manusia yang visioner tak terlepas dengan manusia pembelajar. Manusia dapat melakukan proses belajar tentang, belajar melakukan dan belajar menjadi. Belajar menjadi adalah proses manusia pembelajar memanusiakan diri. Memanusiakan diri maksudnya adalah merenungkan hakikat dirinya terlebih dahulu, mencari jati dirinya, menghayati keberadaannya sebagai “apa” dan “siapa” [3]. Selain manusia pembelajar, pembentukan karakter manusia visoner juga memerlukan adanya pola berpikir besar yaitu berpikir terhadap sesuatu dengan sudut pandang yang positif [4-5].

Setiap bangsa memiliki system pendidikan dan budaya yang berbeda. Pendidikan dan budaya merupakan suatu system yang saling berpengaruh. Dua hal tersebut selanjutnya menunjukan karakter bangsa tersebut. Menuju suatu perubahan besar tergantung terhadap karakter suatu bangsa. Hal ini dapat dilihat negara-negara Asia Timur bisa maju dengan karakter kerja keras bangsa tersebut. Berbeda hal dengan negara-negara barat yang memiliki karakter berpikir bebas dan kerja efektif untuk melakukan suatu perubahan besar. Hal yang menjadi irisan dari perbedaan karakter untuk menuju perubahan yaitu jiwa visioner.

Manusia visioner diharapkan manusia yang memiliki sikap optimis realistis dengan visi hidupnya. Artinya adalah manusia visioner dituntut juga berpikir sistematis untuk mencapai visi hidupnya. Untuk menghasilkan karakter bangsa seperti ini, diperlukan system pendidikan yang baik dan juga budaya yang baik. Apabila bangsa tersebut sudah mempunyai karakter yang berasal dari proses pendidikan yang baik, maka knowledge society dengan mudah terbentuk. Knowledge society merupakan suatu masyarakat dimana memiliki pengetahuan yang beragam yang menjadikan pengetahuannya untuk menghasilkan suatu solusi dalam menghadapi suatu permasalahan.

Referensi

1. Dra. Dwi Hartini,"Masyarakat Prasejarah Indonesia", Modul Sejarah Nasional dan umum, ebooks.lib.unair.ac.id

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

3. Harefa, Andreas.2005. Menjadi Manusia Pembelajar.Indonesia:Kompas.

4. Schwartz, David.2003.Berpikir &Berjiwa Besar:Delapratasa Publishing.

5. Marpaung, Parlindungan.2005.Setengah Isi Setengah Kosong.Bandung;MQ Publishing.

Tidak ada komentar:

No Limit

No Limit