Minggu, 11 April 2010

Teknologi bisa mengubah kebutuhan manusia

Secara umum kebutuhan manusia terdiri atas tiga yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kebutuhan primer ini berupa makanan, sandang, papan, pakaian dsb. Kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan tambahan yang tanpa ada kebutuhan ini masih bisa bertahan hidup. Kebutuhan seperti ini berupa pakaian baru, sepatu, dsb. Kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang dikategorikan kebutuhan mewah. Kebutuhan ini terpenuhi bagi orang-orang yang secara ekonomi dikategorikan mampu. Kebutuhan tersier ini berupa mobil, rumah mewah, motor, dsb.

Sebagai mana diketahui, pemenuhan kebutuhan ini tergantung dengan status kekayaan. Jika ada seseorang dikategorikan golongan menengah ke bawah akan memenuhi kebutuhan primer saja, kadang untuk memenuhi kebutuhan primer untuk golongan ini tidak sanggup. Apabila ada seseorang dikategorikan golongan menengah akan memenuhi kebutuhan primer dan juga kebutuhan tersier. Untuk golongan terakhir yaitu golongan orang menengah ke atas merupakan golongan yang bisa memenuhi seluruh kategori kebutuhan yang ada. Golongan ini kadang memiliki uang yang lebih dan dibagikan kepada golongan menengah ke bawah.

Perubahan tingkat kesejahteraan suatu komunitas bisa mengakibatkan perubahan komoditas kebutuhan. Maksudnya adalah jika suatu daerah dimana di daerah tersebut memiliki jumlah penghasilan setiap kepala keluarga di daerah tersebut di atas upah minimum regional maka di kategorikan daerah ini menjadi daerah yang golongan menengah dan menengah ke atas. Dikarenakan batas minimal kategori di daerah ini adalah golongan menengah maka kategori "kasta terendah" di daerah ini akan berubah. Efeknya adalah kebutuhan sekunder bisa berubah menjadi kebutuhan primer dan kebutuhan tersier bisa berubah menjadi kebutuhan sekunder atau bisa menjadi kebutuhan primer. Bisa diambil contoh kasus, jika diperhatikan di daerah kawasan perumahan elit, telepon seluler merupakan suatu kebutuhan primer di daerah ini tetapi berbeda dengan di kawasan daerah kumuh yang dimana telepon seluler merupak kebutuhan tersier. Dalam tulisan ini, tidak akan dibahas kasus ini secara mendalam dikarenakan diambil kasus efek dari parameter yang lain yaitu teknologi.

Pada tulisan sebelumnya (lihat di http://yudistira-himura-naruto.blogspot.com/2009/12/ilmuwan-pengetahuan-dan-islam.html ) sudah dijelaskan tentang arti teknologi. Secara umum teknologi yang bisa dikatakan berhasil adalah teknologi yang dimana bermanfaat bagi manusia dan bisa memberikan nilai lebih dari teknologi sebelumnya (misalnya dari segi harga/ekonomi, dari segi seni, dari segi efisiensi dsb).

Beberapa ilmuwan memiliki suatu objektifitas dalam risetnya adalah bagaimana hasil penemuannya tersebut membuat harga produksi dari produk yang dihasilkan menjadi turun tetapi kualitas teknologi tersebut masih terjaga. Ada banyak parameter yang bisa diperhatikan dalam riset ini seperti metodelogi fabrikasi, rekayasa material, modifikasi design dsb. Dari objektifitas penelitian ini bisa menghasilkan suatu produk yang memiliki harga yang rendah atau suatu produk dengan harga yang terjangkau dengan kualitas yang lebih baik. Dengan adanya produk seperti ini mengakibatkan adanya kemampuan manusia untuk memiliki produk tersebut. Dengan banyaknya produk yang tersebar di tengah masyarakat maka produk tersebut bisa menjadi suatu kebutuhan primer.

Deskripsi di atas bisa diambil contoh kasus yang sederhana yaitu telepon seluler. Sekitar 10 tahun yang lalu telepon seluler yang type terendah (belum ada sistem 3G atau GPRS) merupakan suatu produk yang sulit dibeli. Hanya beberapa orang saja yang bisa beli telepon seluler dikarenakan harganya yang mahal. Tetapi dengan adanya penemuan dari para ilmuwan di bidang telekomunikasi berupa sistem 3G, GPRS dsb mengakibatkan telepon seluler yang type lama (tanpa 3G) menjadi turun harganya. Dengan turunnya harga tersebut mengakibatkan telepon seluler bisa dibeli oleh seluruh golongan. Hal ini mengakibatkan telepon seluler berubah kategori kebutuhan dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan sekunder dan memungkinkan menjadi kebutuhan primer. Hal ini sudah ada data di lapangan bahwa sudah banyak orang di Indonesia memiliki telepon seluler walaupun pekerjaannya pedagang kaki lima atau sebagai tukang parkir.

Kasus yang lain yang diprediksikan akan mengalami perubahan kategori kebutuhan adalah laptop. Saat ini laptop bisa dikategorikan menjadi kebutuhan tersier. Kecenderungan yang terlihat saat ini adalah teknologi tampilan (display technology) pada laptop yaitu LCD (Liquid Crystal Display) diprediksikan harganya akan turun. Dengan penurunan harga LCD ini mengakibatkan harga laptop bisa turun. Dengan penurunan harga ini, maka laptop bisa menjadi suatu komiditi kebutuhan primer. Sebenarnya masih ada beberapa produk-produk yang bisa mengalami pergeseran kategori kebutuhan tetapi tidak dibahas semuanya.

Kebijakan pemerintah bisa mengendalikan produk-produk ini mengalami perubahan kategori kebutuhan atau mengalami kepunahan. Contoh kasusnya di Indonesia adalah mengenai teknologi telekomunikasi. Saat ini sudah ditemukan suatu teknologi baru yaitu Wimax yang memiliki kemampuan lebih baik dari wifi. Tetapi pemerintah Indonesia belum menggunakan teknologi wimax ini dikarenakan sarana dan prasarana wifi sudah banyak didirikan di Indonesia.
Dari sudut pandang yang lain, perubahan kategori kebutuhan ini terhadap suatu produk teknologi bisa membantu pergerakan dakwah. Contoh kasus pertama pada paragraf sebelumnya dibahas tentang telepon seluler telah mengalami perubahan kategori kebutuhan. Dapat diperhatikan bahwa sudah banyak orang memiliki telepon seluler. Hal ini akan membantu pergerakan dakwah melalui media telekomunikasi. Media dakwah melalui telepon seluler bisa berupa sms tausyah dalam skala periode tertentu, tahajud call, dsb.

Secara umum bisa dilihat bahwa perubahan kategori kebutuhan merupakan suatu proses yang terjadi. Perubahan kebutuhan ini bisa mengakibatkan perubahan terhadap budaya masyarakat. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka perubahan terhadap budaya akan menghasilkan efek negatif. Contoh kasusnya adalah telepon seluler. Telepon seluler yang memiliki teknologi 3G (ini masih kategori kebutuhan sekunder belum sampai kebutuhan primer) bisa digunakan untuk transfer data berupa video atau gambar. Ada beberapa kasus gambar porno dan video porno telah tersebar di seluruh telepon seluler suatu kota tertentu. Perubahan kategori kebutuhan terhadap telepon seluler ini mengakibatkan efek negatif terhadap budaya masyarakat tersebut. Tetapi perubahan ini bisa memberikan efek positif jika diarahkan penggunakan telepon seluler tersebut ke arah kegiatan positif seperti sms tausyah, tahajud call dsb. Peran pemerintah melalui kebijakannya atau peran orang tua melalui pengawasan terhadap anaknya merupakan suatu solusi untuk menghadapi perubahan kategori kebutuhan ini.

No Limit

No Limit