Senin, 21 Desember 2009

Ilmuwan, Pengetahuan dan Islam

Hadi Teguh Yudistira (anggota divisi Riset Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Mahasiswa)

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.(1) Teknologi sudah diperkenalkan sejak zaman pra sejarah. Pada zaman tersebut, manusia pra sejarah sudah menggunakan teknologi. Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi terbagi atas dua zaman yaitu zaman batu dan zaman logam.(2) Pada zaman batu, manusia prasejarah sudah mengenal teknologi yang terbukti dengan ditemukan peninggalan prasejarah berupa kampak dari batu. Kampak ini merupakan hasil teknologi manusia pra sejarah yang digunakan untuk keberlangsungan hidup mereka.

Teknologi merupakan perpaduan antara pengetahuan dan seni (science and art). Hal ini yang telah dilakukan oleh manusia pra sejarah. Mereka membutuhkan suatu alat yang digunakan untuk memburu hewan dan juga mengambil tumbuh-tumbuhan. Dengan adanya kebutuhan tersebut, manusia pra sejarah berusaha membuat suatu alat yang memiliki bentuk yang cocok dengan anatomi tangan manusia (seni) dan yang cukup tajam untuk memotong (pengetahuan). Tetapi saat ini, teknologi bukan hanya perpaduan pengetahuan dan seni tetapi perpaduan pengetahuan, seni dan nilai ekonomi (science, art and economic). Jika suatu teknologi tidak memiliki nilai ekonomi yang bersaing di pasar maka teknologi tersebut akan punah. Perubahan perpaduan makna teknologi ini dikarenakan kebutuhan manusia. Teknologi, kebutuhan dan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi.

Sejak Nabi Adam A.S. diturunkan oleh Allah SWT ke bumi, Allah telah menurunkan nikmat pengetahuan. Allah telah mengajar nabi Adam A.S. tentang benda-benda yang ada di muka bumi. Selanjutnya pengetahuan yang diperoleh oleh nabi Adam A.S. selanjutnya berkembang sampai saat ini.

Teknologi terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Perkembangan teknologi disesuaikan dengan kebutuhan manusia pada zaman tersebut. Teknologi mulai memiliki nilai fungsi yang signifikan dalam membantu manusia ketika James Watt menemukan mesin uap pada abad ke 18 yang selanjutnya terkenal dengan revolusi industri. Revolusi industri ini mengubah sistem budaya kehidupan manusia terutama bidang industri. Selanjutnya budaya kehidupan manusia juga berubah ketika ditemukan komputer. Revolusi selanjutnya terjadi di bidang Information Technology (IT). Saat ini teknologi juga mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Beberapa ilmuwan sudah memperhatikan dengan isu global warming. Di bidang elektronik, beberapa ilmuwan sudah mulai melakukan riset mengenai organic printed electronic yaitu memanfaatkan organik material untuk menghindari global warming. (3)

Pengetahuan memiliki peran dalam transformasi teknologi. Teknologi dapat mempengaruhi budaya yang berkembang di kehidupan masyarakat dan begitu juga sebaliknya budaya yang berkembang di tengah masyarakat akan menentukan teknologi tersebut dapat diterima atau tidak. Secara langsung maupun tidak langsung pengetahuan sangat mempengaruhi terhadap budaya masyarakat. Oleh karena itu konsep Islam diperlukan dalam perkembangan pengetahuan maupun teknologi.

Islamisasi pengetahuan merupakan istilah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini bukan berarti bahwa semua pengetahuan saat ini tidak Islam. Kebingungan dengan istilah Islamisasi merupakan suatu hal kewajaran. Hal ini dikarenakan dari cara berfikir yang tidak membedakan antara ilmu pengetahuan dan fenomena alam. Allah SWT menurunkan fenomena-fonemena alam namun tidak menurunkan formulasinya. Ilmu pengetahuan adalah aproksimasi fenomenafenomena alam tersebut, sehingga keduanya tidak selalu sama persis.(4) Proses Islamisasi iptek adalah proses pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada prinsip yang hakiki, yakni tauhid, kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Melalui prinsip pertama (tauhid), ilmu pengetahuan tidak hanya digunakan pada praktis, tetapi juga digunakan untuk memahami eksistensi yang hakiki alam dan manusia. Prinsip kedua (kesatuan makna kebenaran) akan membebaskan ilmu pengetahuan dari sekularisme. Dalam prinsip ini tidak ada istilah kebenaran ilmiah dan kebenaran relijius. Dikarenakan pengetahuan telah membenarkan isi dari Al-Qur’an. Hal ini berbeda dengan kasus kebenaran yang dikeluarkan oleh pihak gereja pada masa lalu (sekitar abad 17). Kebenaran yang dikeluarkan gereja ternyata salah berdasarkan penemuan yang dilakukan oleh Galileo. Prinsip ketiga menjadikan alam dan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dari prinsip ketiga ini dapat disimpulkan bahwa ayat kauniyah maupun ayat qouliyah merupakan sumber ilmu pengetahuan. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab ilmu pengetahuan. Walaupun beberapa ayat Al-Qur’an berisikan tentang pengetahuan, tapi Al-Qur’an harus tetap dalam posisi petunjuk hidup umat manusia.(4,5)

Secara sunatullah, para ilmuwan di bumi ini melakukan penelitian seusai dengan arahan dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa bumi akan hancur dikarenakan oleh perbuatan manusia, dan saat ini banyak para ilmuwan telah memperhatikan isu ramah lingkungan dalam menghasilkan teknologi. Di salah satu international conference tahun 2009, seorang peneliti sudah memberikan alasan kebijakan kelompok risetnya untuk melakukan riset yang ramah lingkungan untuk menghindari pemanasan global.(3) Dalam bidang Teknik Kondisi Lingkungan (TKL), beberapa peneliti sudah mulai melakukan penelitian untuk menemukan refrigerant yang ramah lingkungan (non-CFC). Saat ini, teknologi bukan hanya perpaduan anatar pengetahuan, seni dan nilai ekonomi saja tetapi sudah memasukan ramah lingkungan sebagai factor tambahan. Sudah saatnya ilmuwan muslim memiliki etika dalam melakukan penelitian yang sesuai dalam Al-Qur’an.

Saat ini tugas ilmuwan (ilmuwan muslim pada khusunya) masih banyak. Ayat-ayat Allah di muka bumi ini masih banyak yang belum terungkap. Tugas para ilmuwan untuk mengungkapkan ayat-ayat Allah tersebut dalam suatu pendekatan model persamaan yang selanjutnya menjadi pengetahuan. Dengan penemuan baru yang ditemukan oleh para ilmuwan diharapkan akan melakukan transformasi pengetahuan ke arah yang benar.

Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan tidak hanya berkaitan menemukan pengetahuan baru tetapi juga bisa untuk menggunakan pengetahuan yang ada. Dari pengetahuan yang ada, ilmuwan bisa menciptakan suatu teknologi yang tepat guna. Maksud dari teknologi tepat guna ini adalah teknologi yang mempunyai fungsi untuk membantu kehidupan umat manusia dan tidak memberikan efek negatif terhadap umat manusia.

Sebagai kesimpulan, pengetahuan merupakan komponen utama untuk menciptakan suatu teknologi. Pengetahuan dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia sejak dari nabi Adam A.S. Semua pengetahuan yang ada merupakan hasil pendekatan terhadap fenomena-fenomena alam. Tugas ilmuwan untuk menemukan ayat-ayat Allah menjadi suatu pengetahuan. Para ilmuwan bisa menggunakan pengetahuan yang ada untuk menciptakan suatu teknologi tepat guna.

Refernce:

(1) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

(2) Dra. Dwi Hartini,"Masyarakat Prasejarah Indonesia", Modul Sejarah Nasional dan umum, ebooks.lib.unair.ac.id

(3) International Conference Flexible Printed Electronic 2009, Jeju Island, Korea.

(4) Rohadi Awaludin, "Konsep Islamisasi Iptek", Tarbiyyah Digital Journal Al-Manar edisi I/2004

(5) Chairil Anwar, "Islamisasi Ilmu, Al-Qur'an dan Sains", Tarbiyyah Digital Journal Al-Manar edisi I/2004

Senin, 07 Desember 2009

Ini masalah Budaya...

Sudah lama tidak menulis di blog nih dikarenakan beberapa tugas riset yang harus dikerjakan. Pada waktu yang agak tenang dikarenakan pusing membaca paper yang intinya hampir sama dengan paper lain.

Pada kesempatan ini saya ingin membahas suatu hal yang terpenting dalam kehidupan, yaitu mengenai budaya. Beberapa orang yang mengatakan bahwa Indonesia sudah ketinggalan teknologi nih. Mesin-mesin yang digunakan biasanya tidak terlalu maju. Lihat dikehidupan luar negeri, orang bisa menggunakan kartu untuk bisa akses transportasi, akses untuk masuk ruangan dll. Mungkin ada yang bertanya kapan nih Indonesia bisa menggunakan teknologi maju.

Jawaban saya sih simple atas pertanyaan tersebut. Saat ini juga kita bisa merasakan semua teknologi yang tinggi. Tapi ini bukan masalah menggunakan teknologi tetapi masalah apakah budaya daerah tersebut menerima teknologi tersebut? Sejujurnya, ketika pertama kali saya tiba di Seoul (Korea Selatan), perhatian saya terfokus ke sebuah mesin yang ada tombolnya dan bagian tempat memasuki uang kertas atau koin. Lalu saya memperhatikan dengan saksama seseorang menggunakan mesin tersebut dan dia dengan mudah mendapatkan minuman yang dia inginkan. Saya bingung melihat mesin itu. Yang saya bingungkan bukan cara kerja mesin itu tapi yang saya bingungkan adalah kok mesin itu ga rusak ya. Saya tidak menyalahkan diri saya jika hal pertama yang saya pikirkan adalah pertanyaan itu. Kenapa? Dikarenakan jika mesin itu digunakan di tempat umum di Indonesia maka mesin itu dalam hitungan hari sudah rusak. Kalau mengenai pembuatan mesin itu, saya pribadi tidak meragukan SDM Indonesia untuk membuat mesin itu.

Ini bukan masalah teknologi apa bisa berkembang di Indonesia atau masalah apakah kita bisa menghasilkan teknologi, tapi ini masalah budaya. Jika budaya di kehidupan sudah beradaptasi dengan menggunakan teknologi maka dengan mudah teknologi tersebut berkembang. Contoh kasus sederhana saja, jembatan suramadu (menghubungi pulau Jawa dengan Madura). Beberapa hari jembatan tersebut diresmikan, beberapa komponen jembatan tersebut sudah berhilangan. Hal ini kelihatan bahwa cara berpikir orang yang mengambil tersebut sangat sederhana, yang penting dia ambil komponen itu lalu dia jual dan dia bisa makan padahal jika dia berpikir lebih jauh jika dia ambil komponen itu maka jembatan tersebut akan rusak dan perkonomian madura bisa menghadapi masalah dan juga membuat APBD baru untuk memperbaiki jembatan tersebut yang diambil dari rakyat sehingga program untuk kesejahteraan rakyat tertunda untuk memperbaiki jembatan tersebut. Apakah kita salahkan cara berpikir pendek tersebut? Tidak, cara berpikir tersebut wajar saja muncul. Dikarenakan permasalahan yang kompleks dihadapi Indonesia dan juga banyak orang yang kehilangan pikiran bijak. Intinya ga salah jika saat ini pemikiran hidup untuk makan.

Hal yang lain adalah mengenai budaya konsumtif. Apakah ada orang Indonesia menggunakan handphone yang mempunyai bench mark dari Indonesia? Wajar kalau jawabannya tidak. Coba perhatikan, ada berapa perusahaan industri yang memiliki R&D department di perusahaannya yang berada di Indonesia? Wajar jawabannya sedikit mungkin aja jawabannya tidak ada. Kebanyakan perusahaan industri mendirikan perusahaan di Indonesia hanya sebagai cabang untuk assembly aja. Loh kok bisa? Soalnya beberapa perusahaan multi nasional sudah melihat peluang yang besar jika membuat kantor cabang di Indonesia hanya sebagai kantor assembly saja. Dan kebanyakan R&D mereka untuk wilayah Asia Tenggara dilokasikan di Singapur, negara yang kecil malah lebih besar kota Medan. Bisa jadi perusahaan tersebut melakukan keputusan tersebut berdasarkan analisa budaya daerah tersebut.

Ketika saya melihat acara kick andy yang bertopik tentang ilmuwan Indonesia di luar negeri, saya melihat banyak ilmuwan kita yang berkarya di luar negeri. Ada yang mengatakan mereka lebih dihargai berada di luar negeri di bandingkan berada di dalam negeri. Wajar saja pikiran itu muncul, hal ini dikarenakan budaya dan juga kebijakan pemerintah belum mendukung. Lalu kapan dong teknologi kita bisa berkembang? Mulai dari sekarang kondisi ini bisa berubah, dengan syarat kita melakukan perubahan mulai saat ini, mulai dari sendiri dan mulai hal yang kecil.

Peradaban itu merupakan investasi dari budaya. Jika budaya tersebut baik maka peradaban yang dihasilkan juga baik. Dan menurut saya agama merupakan salah satu faktor yang bisa memberikan perubahan ke arah yang baik terhadap budaya. Berdasarkan salah satu artinya secara textual, Islam merupakan selamat. Jika kita berpegang teguh dengan ajaran Islam maka kita juga bisa menghasilkan budaya yang baik. Dan saya yakin suatu saat peradaban Islam akan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang bisa berkarya (kapan ya Ibnu Sina, Al Biruni, Abbas ibn Famas,dsb baru terlahirkan?).

Ada suatu ungkapan yang saya pegang, ini bukan masalah uang tapi ini masalah karya. Jika kita bisa menghasilkan karya (meraih mimpi) maka uang dengan sendiri akan mengalir. Dan nasehat ayah kepada saya: jika kamu mempunyai keahlian, dimana pun kamu berada akan dicari-cari orang yang membutuhkan dirimu.

No Limit

No Limit